Warta

Muslimat NU Gerakkan 35 Ribu Majelis Taklim

Kamis, 23 November 2006 | 10:20 WIB

Jakarta, NU Online
Kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia belakangan ini semakin parah. Akibat langsung yang ditimbulkan adalah bencana yang terus melanda di berbagai daerah. Pentingnya memberdayakan perempuan untuk menyelamatkan lingkungan tersebut disadari Muslimat NU dengan menggandeng kementerian lingkungan hidup untuk bersama-sama memelihara lingkungan dengan berbasis pada perempuan.

Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa dalam acara pembukaan workshop Peran Perempuan dalam Pelestarian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Jakarta mengungkapkan.akan memberdayakan jaringan majelis taklim yang dimiliki oleh Muslimat yang jumlahnya mencapai 35 ribu di seluruh Indonesia untuk membantu menyelamatkan lingkungan.

<>

Dikatakannya bahwa pemberdayaan majelis taklim akan sangat efektif dan langsung bisa menyentuh masyarakat dibawah daripada melalui jalur struktural. “Kalau melalui wilayah dan cabang Muslimat NU, birokrasinya terlalu lama,” tandasnya.

Khofifah menjelaskan bahwa upaya penyelamatan lingkungan yang dilakukan oleh Muslimat NU juga bekerjasama dengan Departemen Kehutanan. Muslimat NU akan membantu melakukan penanaman 800 ribu pohon jati emas yang bibitnya berasal dari Dephut.

Sementara itu Drs. Widodo Sembodo, asisten urusan partisipasi masyarakat dan lembaga kemasyarakatan kementerian lingkungan hidup menjelaskan bahwa perempuan cenderung lebih dekat dengan lingkungan, seperti memastikan ketersediaan air bersih, pengelolaan limbah rumah tangga sampai dengan mempengaruhi gaya rumah tangga dan lainnya

Dikatakannya bahwa perempuan sangat penting memperoleh pemahaman tentang berbagai aspek yang merusak bagi dirinya seperti bahan-bahan berbahaya yang terkandung dalam berbagai kosmetik. “Perempuan lebih rentan terhadap dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan,” katanya.

Berdasarkan data penelitian yang ditampilkan dalam makalahnya, terungkap bahwa 1 dari 150 anak di Indonesia kini menderita autisme yang diduga diakibatkan oleh pencemarah lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Nani Djuangsih pada tahun 1987 juga menemukan adanya terdapat residu DDT dalam ASI para buruh tani perempuan.

Workshop ini diikuti oleh 44 peserta dari pengurus pusat dan dari 9 pengurus wilayah di Jawa dan Lampung, Sumsel dan Batam. Acara ini akan berlangsung pada 23-24. Peserta juga akan melakukan kunjungan lapangan di Mampang Prapatan yang dianggap memiliki kepedulian lingkungan yang tinggi.

Hasil workshop ini akan dibuat buku saku yang menjadi panduan bagi daiyah untuk berdakwah dalam komunitasnya atau di berbagai majelis taklim tentang pentingnya menyelamatkan lingkungan. (mkf)


Terkait