Warta

NU Akan Integrasikan Penanganan Bencana

Senin, 5 September 2005 | 11:40 WIB

Jakarta, NU Online
Workshop Community Based Disaster Risk Management (CBDRM) yang diselenggarakan oleh Lembaga Pelayanan Kesehatan NU (LPKNU) merupakan upaya integrasi dari seluruh komponen NU dalam mengatasi berbagai bencana mulai dari lembaga sampai pesantren.

“Sebelumnya berbagai komponen NU seperti Banser Ansor, Muslimat, Fatayat serta badan otonom lainnya secara terpisah melakukan penanganan bencana seperti tsunami, banjir maupun kebakaran. Kita berusaha untuk mengintegrasikan semuanya agar hasilnya lebih maksimal,” ungkap HM Rozy Munir ditengah-tengah acara workshop tersebut yang dilangsungkan di Bogor (5/9).

<>

Sebagai langkah awal, 18 pesantren dan PWNU dari daerah yang dianggap sebagai rawan bencana diundang. Ini agar dampak bencana yang datang secara terus menerus dapat ditangani dengan baik. Untuk mensukseskan program ini PBNU bekerjasama dengan Bakornas Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) dan Australia Indonesia Partnership for Reconstruction & Development (AIPRD).

 “Kegiatan ini juga melibatkan pengurus wilayah NU di 18 titik tersebut agar bisa melakukan koordinasi secara langsung. Kalau mengandalkan PBNU tentunya sangat sulit,” tandasnya. Selain itu dilibatkan juga peserta dari Bakornas dan Satkornas sebagai bagian dari koordinasi yang akan terus dilanjutkan pasca workshop.

Dikatakannya bahwa program penanggulangan bencana ini akan meliputi aspek evakuasi, pemulihan kesehatan sampai dengan pemulihan dari stress yang banyak menimpa para korban. Selama dua hari para peserta akan sharing pengalaman masalah tsunami di Aceh, banjir di Jakarta, kebakaran hutan di Kalimantan Barat sampai dengan gunung berapi di Jawa Tengah.

Saat ini PBNU telah memiliki Komite Penanggulangan Bencana Alam (KPBA) yang tengah berkonsentrasi dalam penanganan rehabilitasi pasca tsunami di Aceh dan gempa di Nias. Lembaga ini memberikan beasiswa kepada lebih dari 1000 anak agar mereka bisa melanjutkan pendidikannya.

Sementara itu Wakil sekretaris Bakornas PBP Dr. Indrawadi Tamin mengungkapkan bahwa terdapat sepuluh aspek persiapan pra bencana yang penting seperti peta resiko daerah rawan bencana, early warning sistem, quick respon, SDM, metode dan prosedur, legal aspek, sosialisasi dan pendidikan pada masyarakat serta peralatan penunjang bencana.

Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dalam kesuksesan penanganan bencana. Pembuatan peta lokasi rawan bencana tersebut sangat penting. Namun demikian, hal tersebut harus ditindaklanjuti dengan aspek lainnya seperti sosialisasi dan pendidikan kepada masyarakat maupun aspek legalnya.

“Jangan sampai daerah yang rawan longsor atau daerah timbunan sampah ditinggali orang karena sangat berbahaya,” ungkapnya.(mkf)


Terkait