Warta

NU Jatim Larang "Sweeping" Warga Denmark

Selasa, 14 Februari 2006 | 13:58 WIB

Surabaya, NU Online
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur melarang rencana sweeping yang dilakukan Pondok Pesantren An-Najiyah, kampung Sidosermo Dalam, Surabaya, pimpinan K.H.Mas Yusuf Muhajir terhadap warga Denmark terkait pemuatan karikatur Nabi Muhammad SAW pada harian Jyllands-Posten.

"Itu sudah berlebihan, karenanya RMI (Robithoh Ma’ahid Islamiah/Asosiasi Pesantren NU) Jatim melakukan klarifikasi ke pesantren tersebut, tapi saya belum tahu hasilnya," kata Ketua PWNU Jatim KH Drs Ali Maschan Moesa MSi di Surabaya, Selasa.

<>

Ia mengemukakan hal itu menanggapi langkah PP An-Najiyah, Sidosermo Dalam, Surabaya, menerima pendaftaran umat Islam yang rela mati demi Rasulullah Muhammad SAW di Surabaya (8/2), guna melakukan "sweeping" terhadap warga negara Denmark yang ada di Indonesia.

Menurut Ali Maschan yang juga pengasuh Pesantren Luhur Al-Husna, Jemurwonosari, Surabaya itu, pihaknya melarang rencana penyisiran tersebut, karena warga Denmark yang ada di Jatim bukan orang yang bersalah.

"Itu ’kan kesalahan media massa di Denmark, apakah hal itu berarti orang Denmark yang ada di sini juga bersalah, tentu tidak. Pemerintah Denmark sendiri sudah minta maaf, karenanya sebaiknya kita melakukan langkah-langkah yang solutif dan bukan kontraproduktif," katanya.

Alumnus S-2 Universitas Airlangga (Unair) itu mengatakan, media massa dimana pun memiliki "agama" berupa oplah atau rating. "Media massa itu dimana pun hanya mikir cari uang, mereka kapitalis sekali," ujarnya.

Oleh karena itu, kata dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya tersebut, umat Islam di Jatim sebaiknya memilah antara kesalahan media massa dengan warga Denmark yang tak bersalah sedikit pun, apalagi Nabi Muhammad SAW mengajarkan sikap simpatik, meski disakiti orang.

"Rosulullah sendiri ’kan nggak pernah membalas, meski ada orang yang melempari dengan kotoran, berusaha melukai, atau mencoba membunuhnya, bahkan Al-Qur’an sendiri pernah mengingatkan beliau karena bersikap keras," kata Ali Maschan.

Sementara K.H.Mas Yusuf Muhajir sendiri menegaskan, bahwa rencana pihaknya melakukan sweeping dengan menghimpun umat Islam sudah tidak ada lagi.

"Sekarang tidak ada lagi rencana ’sweeping’ untuk warga Denmark, karena informasi yang saya terima mereka sudah pulang ke negaranya. Penghentian ini sudah saya laporkan ke Polsek, Polres, dan Polwiltabes Surabaya," ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Sidosermo Dalam, KH Mas Yusuf Muhajir di Surabaya, Selasa petang.

Sebelumnya diberitakan, pondok pesantren tersebut menerima pendaftaran orang yang rela mati demi Rasulullah Muhammad, untuk melakukan sweeping terhadap warga Denmark, menyusul dimuatnya karikatur Nabi Muhammad SAW di media masa di negara itu. Pesantren itu sudah menerima pendaftaran 169 orang yang memiliki keahlian bela diri.

Yusuf Muhajir menegaskan bahwa kini tidak ada lagi kegiatan maupun rencana dari umat Islam yang telah mendaftar di pesantrennya itu. Karena itu, kalau ada yang mengatasnamakan pesantrennya untuk melakukan aksi-aksi semacam "sweeping", dirinya tidak akan bertanggungjawab.

Ia sebetulnya menyesalkan pulangnya warga Denmark dari Indonesia, karena sikap umat Islam, khususnya orang rela mati dan mendaftar di pesantrennya itu bukan sikap permusuhan, namun hanya berupa keinginan agar mereka minta maaf.

"Seharusnya mereka tidak usah pulang, karena yang kami lakukan bukan aksi konfrontatif. Kalau mereka meminta maaf, ya sudah selesai masalahnya. Itu saja keinginan kami, bukan yang lain-lain," ujarnya.

Ia menegaskan, penghentikan kegiatan dan rencana "sweeping" itu, bukan karena adanya tekanan dari aparat keamanan atau pihak lainnya, melainkan murni dari dirinya bersama dengan orang-orang yang sudah mendaftar. (ant/mkf)


Terkait