Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah bertekat menyatukan langkah serta berjalan seiring. Dua organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia ini menyerukan kepada umat Islam di Indonesia untuk lebih memerkuat ikatan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di antara umat Islam)
"Pertentangan seperti yang terjadi antarkelompok di Timur Tengah tidak akan terjadi jika kita memperkuat ukhuwah Islamiyah, sehingga tidak memberi peluang kepada pihak lain untuk mengacak-acak umat Islam," ujar Ketua Umum Pengurus Besar NU KH Hasyim Muzadi dalam jumpa pers, di Kantor Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, di Jakarta, Kamis (18/1).
<>Hasyim yang juga Presiden World Conference on Religion and Peace menyadari bahwa konflik antarsekte di kalangan umat Islam di Timur Tengah merupakan ulah dari pihak asing yang sengaja mengacak-acak. Namun demikian, lanjutnya, yang paling mendasar adalah kurangnya ukhuwah Islamiyah di kawasan tersebut sehingga mudah sekali diadu-domba.
Dalam pertemuan yang diikuti pengurus masing-masing organisasi itu, Hasyim menegaskan, ukhuwah Islamiyah yang dimaksud bukan berarti penyatuan, melainkan penguatan ikatan persaudaraan di antara umat Islam. Ukhuwah Islamiyah tersebut tentu tidak menghilangkan perbedaan-perbedaan dan identitas masing-masing kelompok maupun aliran.
Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars itu mengajak umat Islam Indonesia berada pada koridor moderasi dan menghindari segala bentuk ekstrimitas, baik ekstrim kanan maupun ekstrim kiri. Melalui garis moderat itulah, menurutnya, yang kemudian umat Islam dapat disatukan dalam sebuah gerakan kebangsaan.
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengimbau, pada bangsa Indonesia khususnya umat Islam untuk melakukan muhasabah (mawas diri dan instrospeksi diri) menghadapi kondisi bangsa yang tengah dilanda berbagai musibah.
Ia menegaskan, untuk menghentikan berbagai permasalahan di dalam negeri, para pemimpin bangsa dan elit politik diminta untuk membangun komunikasi politik yang dialogis antarseluruh pengambil kebijakan negara.
"Perlu ada peredaan ketegangan yang terjadi di antara elit politik dan kalangan masyarakat di beberapa daerah, dalam konteks ini perlu silaturahmi antarelit politik, diharapkan ini menjadi budaya," imbau Din. (rif)