Beberapa patung dewa, satu mumi, dan lukisan tentang sejarah Firaun dipajang di ruang selebar 81 meter persegi itu. Ada juga tiga televisi yang terus memutar video cara membuat mumi berdurasi 10 menit. Pameran Mumi Firaun, begitulah acara yang kini digelar di Mal Tamini Square, Jakarta.
Pameran ini digelar atas kerja sama Tamini Square, Kedutaan Besar Mesir, dan National Geographic Indonesia. Pameran ini dimaksudkan untuk mengenalkan budaya Mesir kuno. "Sekaligus memperingati Ramadan," ujar Qalam Edy, penyelenggara pameran, kepada Tempo. Menurut Qalam, yang ditampilkan dalam pameran ini antara lain cara membuat mumi dan sejarah raja-raja Mesir kuno.<>
Mumi yang ditutup kotak kaca paling menarik perhatian pengunjung. "Ini asli atau replika?" tanya salah satu pengunjung kepada Rian Soerianda, pemandu pameran. Soal keaslian, Rian mengaku kurang paham. Yang pasti, "Ini langsung didatangkan Kedutaan Mesir."
Rian mengatakan bahwa itu bukan Firaun yang dikenal selama ini. Pengunjung pun menyimak dengan saksama. "Ini Raja Tuthankamun." Menurut dia, Firaun yang dikenal selama ini merupakan dinasti kedua. Raja Tut, sebutan Tuthankamun, adalah raja terakhir dari dinasti pertama kerajaan Mesir kuno.
Pengunjung yang ingin tahu lebih panjang dapat membaca tulisan yang ada di pigura. Tulisan tersebut hasil kajian National Geographic. Di sana dijelaskan Raja Tut merupakan raja ketujuh dari Dinasti Amenhotep III yang hidup 1390-1353 sebelum Masehi. Amenhotep merupakan kakek Tut.
Tut menjadi raja saat usianya menginjak 10 tahun. Sembilan tahun kemudian, ia ditemukan tak bernyawa di istananya. Belakangan, pada 1968, kedokteran Universitas Maryland, Amerika Serikat, menemukan luka di tengkorak Tut yang diduga akibat pukulan benda tumpul. "Ia sengaja dibunuh," begitu bunyi artikel National Geographic.
Kematian Raja Tut yang tidak lumrah sangat mungkin terjadi karena pada masa itu banyak terjadi intrik politik untuk mengudetanya. Setelah Raja Tut mangkat, takhta jatuh ke tangan Aye, kakek dari istri Tut. Dalam memerintah, ia diduga berkonspirasi dengan Horemheb, komandan militer. Sang kakek hanya memerintah selama tiga tahun dan Horemheb langsung menggantikan.
Saat Raja Tut memegang takhta, Horemheb dikenal tidak menghormati kesohoran rajanya yang jauh lebih muda. Horemheb sering menyebut dirinya sebagai Ramses I. Firaun yang terkenal pada zaman Nabi Musa merupakan penerus Horemheb yang dikenal dengan Ramses II. "Jadi Firaun yang kita kenal selama ini sebenarnya bukan ahli waris sah," kata Rian.
Seorang pengunjung, Siska Putri, gadis berusia 13 tahun yang duduk di kelas III SMP, merasa mendapat pengetahuan baru dengan penjelasan itu. Begitu pula pengunjung lain, Hutson. Laki-laki paruh baya itu awalnya menganggap Firaun yang akan dilihatnya adalah Ramses II.
Menurut Qalam, pengunjung pameran paling banyak dari kalangan keluarga. Sampai pekan kedua, pengunjung telah mencapai 3.500 orang. Pameran dibuka setiap hari mulai pukul 10 pagi hingga 9 malam. Pengunjung mencapai puncaknya pada akhir pekan. Pada hari biasa, konsentrasi pengunjung terjadi pada sore dan malam hari. (tmp/atk/atj)