Warta

Para Delegasi ICIS Bertemu Wapres

Senin, 19 Juni 2006 | 19:20 WIB

Jakarta, NU Online
Wakil Presiden Jusuf Kalla, Senin malam (19/6), mengundang para delegasi konferensi Internasional ke-2 Cendekiawan Muslim (ICIS II) yang telah hadir untuk beramah tamah di kantor Wapres Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
 
Ramah tamah itu dihadiri oleh Utusan Khusus Iran Ayatollah Muhammad At-Taskiri, Menteri Wakaf Sudan Dr Azhari El-Taghani, Utusan Khusus Yordania Pangeran Gazhi bin Muhammad, Menteri Wakaf Oman Sheikh Afdal ben Ahad Al-Khalifi, Menteri Negara Pakistan Muhammad K Masnal, dan Utusan Khusus Tahta Suci Vatikan Monsigneur Khaled Akaslah.

<>

Dari Indonesia tampak hadir Ketua Umum PBNU yang juga penanggungjawab ICIS KH Hasyim Muzadi didampingi KH. Said Aqil Siradj. Sejumlah besar pimpinan organisasi Islam Indonesia serta para ahli Islam internasional juga memadati bangku-bangku yang disediakan wapres.

Dalam sambutannya, wapres menegaskan, dasar negara Pancasila dan nilai-nilai Islam sama-sama menerapkan prinsip demokratisasi dan toleransi. Menurtnya, Pancasila menjadi pilihan bagi para pendiri negara Indonesia yang mayoritas adalah para pemuka Islam karena adanya kesadaran akan pluralitas yang tak terelakkan.

"Pancasila dan nilai agama Islam memiliki dimensi sama dalam hal mempromosikan demokrasi dan toleransi serta mengupayakan keadilan di Indonesia. Berangkat dari nilai-nilai inilah Indonesia sangat menghargai nilai-nilai agama di antaranya menghormati nilai pluralitas dan mengedepankan dialog untuk mencapai keadilan dan kemakmuran," kata wapres.

Wapres menambahkan, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, nilai-nilai Pancasila selalu relevan untuk dijadikan panduan karena dan telah mencakup nilai-nilai Islam yang universal seperti demokrasi, komitmen kemanusiaan, dan kepatuhan pada hukum.

Acara ICIS diikuti oleh delegasi dari 57 negara dan rencananya akan dibuka besok pagi pukul 10.00 WIB oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di Hotel Borobudur, Jakarta. Wapres menyatakan, pertemuan internasional itu sangat relevan dalam menghadapi permasalahan semua negara Islam terutama menyangkut ketidakailan, ketidakseimbangan, dan ketidaktoleran dalam menghadapi situasi internasional yang dinamis.

"Kita harus bisa menumbuhkan salingpengertian satu sama lain. Mengakui pluralitas itu kunci bagi kita. Dialog adalah cara paling efektif untuk menumbuhkembangkan hal itu. Itu juga terdapat dalam nilai ajaran Islam yang sesuai prinsip kedamaian dan toleransi," katanya.

Diharapkan, pertemuan itu dapat mencegah bangsa-bangsa konflik domistik yang sering terjadi. Selain itu, pertemuan ini diharapkan bisa menjadi ajang saling tukar-menukar keilmuan dan tukar pengalaman bertoleransi. "Hal ini bukan hanya keharusan tetapi kebutuhan kita,” kata wapres. (nam)


Terkait