Dua faksi besar di Palestina, Hamas dan Fatah, harus terlebih dahulu bersatu. Jika tidak, perjuangan rakyat Palestina tidak akan banyak membuahkan hasil. Sebab, konflik antara keduanya telah dimanfaatkan Israel untuk menghancurkan Palestina.
Demikian dikatakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi dalam konferensi pers di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin (5/1). Ia didampingi Endang Turmudi (Sekretaris Jenderal) dan Masykuri Abdillah (Ketua).<>
Menurut Hasyim, persatuan di kalangan Palestina adalah sesuatu yang mutlak. Sebab, konflik dan perpecahan di antaranya seringkali menjadi bukti kelemahan perjuangan. Ia mencontohkan rekonsiliasi Hamas-Fatah yang kerap gagal dan justru menjadi celah tersendiri bagi Israel untuk melancarkan serangan.
“Pada Februari 2008, terjadi kesepakatan antara Khaled Meshal (pemimpin Hamas) dengan Mahmoud Abbas (Presiden Palestina saat ini yang merupakan perwakilan Fatah), yang dituangkan dalam Mekah Agreement. Namun, tiga minggu kemudian, mereka (Hamas-Fatah) perang lagi,” ujar Hasyim menjelaskan.
Selain itu, imbuh Hasyim, perjuangan rakyat Palestina juga bergantung pada dukungan negara-negara Arab. Dan, masalahnya sekarang adalah negara-negara Arab telah pula terpecah-belah, ada yang mendukung Palestina dan ada pula yang hanya diam.
Jika Hamas dan Fatah dapat bersatu, serta negara-negara Arab mendukung sepenuhnya perjuangan rakyat Palestina, maka hal itu akan menjadi dorongan kuat bagi dunia internasional untuk turut mendukung.
“Faktor (dukungan dunia internasional) ini tidak akan efektif jika dua faktor pertama tadi belum terpenuhi, yakni persatuan Hamas-Fatah dan negara-negara Arab. Mana mungkin akan didukung kalau di antara mereka tidak ada persatuan,” terang Hasyim yang juga Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars itu.
Ia menambahkan, serangan besar-besaran militer Israel ke Jalur Gaza, Palestina, merupakan peringatan agar kelompok-kelompok di Palestina sesegera mungkin memperbaiki manajemen perjuangannya. Jika tidak, bukan hal yang mustahil nasib bangsa Palestina takkan pernah berubah. (rif)