Kebebasan informasi saat ini telah membawa dampak bagi NU, khususnya dalam mempertahankan ritual amaliahnya. Banyak kelompok yang menyerang tradisi-tradisi NU. Hal ini telah meresahkan warga Nahdliyin di berbagai pelosok.
Demikian disampaikan Katib ‘Aam PBNU, Dr. KH. A. Malik Madany, dalam peringatan hari lahir NU ke-85 di Kecamatan Semin, Gunungkidul, DIY, beberapa waktu<> lalu.
Harlah NU yang diselenggarakan MWC NU Kecamatan Semin, Gunungkidul tersebut tampak hadir H. Muhammad Maksum Mahfoedz (ketua PBNU), KH Asyhari Abta (rais syuriah PWNU DIY), dan para pengurus cabang kabupateng Gunugkidul, serta ribuan warga NU setempat.
Malik Madany menegaskan warga NU harus yakin akan tradisi ritual keagamaannya yang telah diwariskan oleh para salafunashshalih. Sebab, kata Malik, amaliah warga Nahdliyin seperti tahlil, shalawatan, yasinan, memiliki dasar hukum yang kuat.
“Tradisi shalawatan, misalnya, yang telah mengakar di NU sejak lama memiliki landasan dalil yang terang dan kuat,” ungkap Malik Madany seperti yang dilaporkan contributor NU Online Gunungkidul, Ahmad Munir.
Oleh karena itu, paparnya, warga NU harus membentengi tradisi-tradisi tersebut dengan terus melestarikannya. Sebab, banyak kelompok yang saat ini mengikis dan berusaha menghilangkan tradisi baik tersebut.
Dalam kesempata itu, Malik Madany mengharapkan pengurus NU di berbagai lapisan harus terus berusaha memberdayakan ekonomi warganya.
“NU adalah lembaga sosial-keagamaan yang bergerak di bidang sosial dan agama sekaligus. Warga NU harus membentengi tradisinya sekaligus ekonominya,” terangnya.
Sementara itu, kehadiran Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf member warna tersendiri dalam acara itu. Dia memimpin ribuan jamaah melantunkan shalawat nabi bersama dengan khusyu.
Dalam taushiahnya, Habib Syech juga menegaskan akan pentingnya memperkuat tradisi nahdliyah dan memberdayakan umat NU baik dalam segi ekonomi maupun pendidikan.
Dia mengajak warga NU yang mampu untuk membantu warga NU yang tidak mampu agar sama-sama berdaya dalam ekonomi dan pendidikannya.
“Ciri khas orang NU itu adalah loman (dermawan). Jadi, kalau ada orang ngaku NU tapi pelit, maka patut dipertanyakan ke-NU-annya,” tandasnya. Sebab, menurutnya, para sesepuh NU telah memberikan contoh bagaimana kedermawanan dan keikhlasan mereka dalam membantu umat.
Dalam kesempatan itu, Habib Syech juga mengingatkan warga NU agar berhati-hati dalam berpolitik. Sebab, dalam politik banyak ketidakjujuran yang menyebabkan NU diperjualbelikan.
Banyak kiai sepuh yang diapusi oleh para politisi,” tegasnya. (am)