Warta

PBNU Minta Pola Pengkaderan Ansor Diperbaiki

Kamis, 14 Desember 2006 | 11:32 WIB

Palembang, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ahmad Bagdja mengkritik pengkaderan pada Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Menurutnya, sistem dan proses pengkaderan di badan otonom (banom) yang membidangi kaum muda NU itu tidak berjalan secara maksimal. Untuk itu pola pengkaderan tersebut harus segara dirubah.

“Kalau Fatayat NU dan Muslimat NU masih bisa ditoleransi. Yang paling menyedihkan adalah (GP-Red) Ansor,” kata Bagdja—begitu panggilan akrabnya—saat berbicara dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU, di Hotel Carrisima, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (14/12)

<>

Dijelaskan Bagdja, organisasi yang seharusnya mampu menggerakkan potensi besar para pemuda NU itu justru tidak dilakukan. Lebih parah lagi, menurutnya, GP Ansor cenderung tertarik pada wilayah politik praktis. Akibatnya, kaum muda NU merasa seakan tak memiliki tempat untuk beraktualisasi.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Bagdja membantah jika PBNU tak pernah memperingatkan atau menegaskan banom tersebut agar segera melakukan revitalisasi organisasi dalam upaya melanjutkan proses kaderisasi. “Tidak cukup ditegaskan, tidak cukup diingatkan. Disidang juga pernah. Dipertemukan dengan para pimpinan PBNU pun pernah. Tapi, ya, tetap saja seperti itu,” tandasnya.

Saat ditanya apakah yang salah atas kemacetan proses pengkaderan tersebut, menurutnya, akar persoalannya terletak pada kepemimpinan. “Menurut saya, ya, kepemimpinannya yang sangat berorientasi politik. Jadi, masuk di Ansor itu tujuannya hanya untuk membangun kekuatan politik saja. Tidak untuk memajukan NU,” pungkasnya.

Namun demikian, Bagdja menegaskan, pihaknya akan mencoba untuk terus mengingatkan GP Ansor agar lebih memikirkan nasib organisasi yang menjadi tumpuan masa depan NU tersebut. Jika tidak, imbuhnya, maka NU tak bisa lagi berharap pada generasi mudanya. (rif)


Terkait