Warta

Penasehat Presiden Iran Ajak Ulama Indonesia Kerjasama Hadapi Barat

Senin, 22 Mei 2006 | 13:27 WIB

Jakarta, NU Online
Penasehat Presiden Republik Islam Iran, Ayatullah Taqi Misbah Yazdi mengajak ulama Indonesia, terutama ulama NU, untuk bekerjasama dalam rangka menghadapi musuh-musuh Islam.

“Kami berharap, kita (ulama, red) bisa bekerja sama membentuk sebuah front untuk menghadapi Barat, untuk menangkis dan menjawab upaya busuk musuh-musuh Islam,” ungkap Misbah, begitu ia akrab disapa, di hadapan sejumlah petinggi PBNU saat berkunjung ke Kantor PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin(22/5).

<>

Hadir dalam acara yang merupakan hasil kerjasama Lajnah Ta’lief wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) dengan Islamic Cultural Center (ICC) itu Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, hadir pada acara itu sejumlah petinggi PBNU antara lain, KH Said Aqil Siradj, H M Rozy Munir, Abdul Azis, Sirodjul Munir, Taufiq R Abdullah dan sejumlah pengurus LTN-NU Mun’im Dz dan H Ahmad Baidlowi Adnan. Sementara Ayatullah Misbah didampingi oleh Ketua Divisi Budaya Lembaga Internasional Majma’ Ahlul Bait, Hojjatul Islam Sayed Rois Zadeh Musawi.

Dunia global, kata Misbah, harus disadari sebagai tantangan bagi umat Islam. Menurutnya, globalisasi pada industri media menuntut umat Islam memiliki peran dalam kehidupan ini. “Dalam dunia global, media global, kelompok kecil tidak punya peran dalam kehidupan ini,” katanya.

Oleh karena itu, lanjut Misbah, kerjasama antar-ulama menjadi penting artinya. Kerjasama yang ia maksud tidak hanya antara ulama Indonesia dan Iran, melainkan ulama seluruh dunia sekaligus kaum intelektual lainnya.

Peran ulama, kata Misbah, tidak hanya sebatas menyampaikan ilmu, tapi juga menjadi jembatan penghubung dengan umat. Ulama juga memiliki tugas menyampaikan risalah nabi dan mengejawantahkan dalam kehidupan saat ini.

Selain itu, ia mengatakan bahwa ulama di suatu tempat, tidak hanya bertanggungjawab kepada umat setempat, melainkan kepada seluruh umat Islam di dunia. “Ulama di suatu tempat atau di suatu negara tidak hanya bertanggungjawab di tempat itu saja, tapi juga seluruh umat Islam di dunia,” katanya.

Disadarinya, jumlah ulama tidak sebanding dengan jumlah umat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Namun, hal itu tidak menjadi kendala selama para ulama mampu bersatu dan bekerjasama.

Di akhir pembicaraannya, Misbah mengundang ulama NU ke negaranya. “Kami menunggu ulama NU di negeri kami. Negeri kami adalah negeri kedua anda (ulama NU, red),” tuturnya. (rif)


Terkait