Penerima Beasiswa ke Sudan Diberangkatkan, ke Libya dan Syiria Menyusul
Ahad, 12 November 2006 | 14:17 WIB
Jakarta, NU Online
Pada Sabtu, 11 November kemarin, sebanyak 5 orang penerima beasiswa dari PBNU berangkat untuk belajar di International University of Africa di Sudan. Selanjutnya dalam waktu dekat, juga akan diberangkatkan 4 orang penerima beasiswa ke Libya dan 12 orang ke Syiria.
Rombongan ke Libya diberangkatkan sekitar tanggal 14-17 November. ”Saat ini visanya sudah diterima, tinggal mengurus tiket ke Tripoli Libya,” tandas HM Dawam Sukardi dari Biro Kerjasama Beasiswa Timur Tengah, kemarin.
<>Sebenarnya yang berangkat ke Libya sebanyak 5 orang. Namun satu orang pada saat aplikasi visa sudah sedikit lewat dari batas maksimal ketentuan umur padahal pada saat pendaftaran, ia masih bisa lulus.
Keberangkatan ke Syiria sedikit mengalami hambatan karena persyaratan untuk memperoleh visa di negara tersebut sangat ketat dengan alasan keamanan. Mahasiswa yang diterima di Syiria harus menunjukkan surat penerimaannya dari universitas tempat ia belajar. Selain itu juga harus menunjukkan surat dari PBNU sebagai organisasi yang memberangkatkan.
Dawam mengungkapkan bahwa pihaknya sampai harus melibatkan kedutaan Indonesia di Syiria untuk membantu memudahkan urusan ini. “Jangan sampai ada yang kena deportasi karena persyaratannya kurang lengkap seperti yang dialami oleh beberapa mahasiswa dari Indonesia tahun lalu,” tandasnya.
Untuk Syiria, 4 orang akan belajar di University of Damascus sedangkan 8 orang akan belajar di Abu Nur, sebuah institusi pendidikan seperti pesantren yang tidak mengeluarkan ijazah, dibawah asuhan Syeikh Kaftaro.
“Kuliah di Syiria banyak peminatnya dan sebagian besar merupakan anak para kyai dari pesantren-pesantren besar. Disana pendidikannya dianggap lebih berkualitas,” tambahnya.
Sebenarnya, universitas-universitas di Timur Tengah tersebut sudah memasuki ajaran baru pasca Idul Fitri. Namun kesulitan teknis yang dihadapi menyebabkan keberangkatannya terlambat.
“Tapi itu tak masalah karena belum dihitung absensi karena mereka belum masuk. Yang telat bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari negara lainnya,” katanya.
Keberangkatan ke Sudan dan Libya sudah berjalan beberapa kali sedangkan pengiriman ke Syiria baru kali ini yang merupakan usaha memperluas jaringan beasiswa untuk para nahdliyyin yang berprestasi. (mkf)