Warta

Pengajian "Bangbangwetan" Cak Nun hadirkan Gus Dur

Jumat, 30 Maret 2007 | 18:00 WIB

Surabaya, NU Online
Pengajian budaya "BangbangWetan" yang dibidani budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) dan digelar secara rutin setiap bulan di Balai Pemuda Surabaya, Minggu, 1 April mendatang akan membahas soal "hukum dan segalanya".

Gus Dur diharapkan hadir meskipun belum ada kepastian. Kebetulan pada 1 April Gus Dur juga ada kegiatan di Surabaya.

<>

"Untuk pengajian kali ini kami menghadirkan pakar hukum lingkungan dari Unair, Dr Suparto Wijoyo, SH. Rencananya, kalau jadi Gus Dur juga akan hadir," kata panitia pengajian BangbangWetan, Farid Syamlan di Surabaya, Jumat.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Farid mengemukakan, masalah hukum dibahas dalam pengajian itu sebagai refleksi atas karut marutnya dunia hukum di negeri ini. Diharapkan para pembicara akan membahas persoalan hukum di negeri dari berbagai aspek.

Menurut Humas Dewan Kesenian Surabaya (DKS) itu, pengajian yang digagas Cak Nun dan dilaksanakan pertama kali 6 September 2006 itu kini semakin banyak penggemarnya. Meskipun seringkali berlangsung hingga larut malam, namun peserta tetap betah menunggu hingga selesai.

"Sejak dua bulan lalu pengajian dipindah ke dalam gedung utama Balai Pemuda karena sekarang musim hujan. Gedung itu penuh dengan peserta. Sebelumnya pengajian ini digelar di halaman Balai Pemuda sehingga sangat terbuka," ujarnya.

Meskipun konsepnya pengajian, namun Cak Nun yang juga pimpinan kelompok musik Kiai Kanjeng itu seringkali menghadirkan tokoh lintas agama, seperti Prof Dr Hotman M Siahaan (sosiolog dari Unair) serta tokoh nonmuslim lainnya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Pada pengajian edisi perdana Cak Nun mengatakan bahwa konsep pengajian BangbangWetan itu memang diformat berbeda dengan pengajian konvensional. Karena pengajian itu merupakan milik masyarakat, maka merekalah yang menentukan materi apa yang pantas dibicarakan.

"BangbangWetan" sendiri merupakan kependekan dari "Abang-abang Teko Wetan" (bahasa Jawa yang berarti, merah-merah dari timur). Kalimat itu mengartikan adanya cahaya kemerahan dari timur sebagai lambang akan munculnya pencerahan. (ant/eko)


Terkait