Warga Nahdlatul Ulama (NU) di lapis bawah rupanya mulai menyadari adanya pergeseran orientasi perjuangan keumatan ke arah politik praktis. KH Syarif Utsman Yahya, ulama sepuh dan tokoh NU Cirebon, Jawa Barat, menegaskan, NU merupakan organisasi yang pekerjaan dan perjuangan utamanya untuk umat, bukan politik praktis.
Ia mengungkapkan hal itu dalam diskusi “Safari Khittah NU” yang diselenggarakan Pengurus Cabang Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU di gedung serbaguna MWC NU Losari, Kabupaten Cirebon, Kamis (17/1) kemarin. Demikian dilaporkan Kontributor NU Online di Cirebon, Ali Mursyid.<>
Dalam diskusi yang dihadiri pengurus ranting NU se-Losari itu, Kiai Syarif menceritakan sejarah kiprah dan peran NU di panggung politik saat NU melebur dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 1973. Organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia itu tampak kebingungan setelah rezim Orde Baru yang berkuasa menerapkan Asas Tunggal Pancasila.
“Terjadilah tarik-menarik di tubuh NU. Kemudian, pada Munas Alim Ulama di Situbondo (Jawa Timur) pada 1983 dan Muktamar NU di Situbondo juga pada 1984, disepakati agar NU kembali pada semangat awalnya, ke garis awal perjuangan NU, yaitu masyarakat,” terang Kiai Syarif.
Ketua PC Lakpesdam NU Cirebon, Ali Mursyid, mengatakan, acara tersebut digelar untuk mengembalikan NU pada Khittah-nya, baik dalam paham keagamaan maupun gerakan sosial kemasyarakatan.
Pada acara itu, terdapat dua hal yang penting, yaitu, mengenalkan orientasi sosial NU yang sebenarnya bukan untuk dukung-mendukung seorang calon bupati, tetapi mengenalkan sikap dasar dan norma-norma kemasyarakatan NU. Selain itu, katanya, untuk menjaga paham keagamaan NU dari gerakan Wahabisasi yang mengancam.
“Jadi, tolong, kegiatan anak muda NU di PC Lakpesdam ini jangan dibawa-bawa untuk mengambil keuntungan politik praktis,” tegas Ali. (rif)