Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tidak dapat dijamin dengan hanya mengandalkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam lambang negara Garuda Pancasila.
Menurut Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang menjamin persatuan bangsa adalah pengakuan terhadap pluralitas.<>
"Pengakuan terhadap pluralitas yang akan menjamin persatuan bangsa indonesia karena Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar mitos yang harus dikeramatkan," ujar Sultan pada Dies Natalis ke-43 Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, Sabtu (27/9).
Menurutnya, sesanti Bhinneka Tunggal Ika harus dapat diaktualisasikan dalam kehidupan masyarakat. "Saat ini, isu pluralisme sering sekali diembuskan hanya demi mengalihkan isu yang sebenarnya seperti ketimpangan ekonomi," ujarnya.
Sultan berharap seluruh masyarakat dapat mewujudkan kebhinnekaan menuju keekaan termasuk dari pemimpinnya. Salah satunya mengubah budaya kepemimpinan nasional yang masih sering membawa budaya lokal dalam memimpin bangsa Indonesia.
"Elite memandang Indonesia dengan budaya lokal mereka padahal pemaksaan terhadap budaya lokal dalam tataran nasional akan menjadi masalah bagi budaya lokal lain," katanya.
Ia mencontohkan budaya memukul gong yang berasal dari Jawa di tiap upacara peresmian meskipun daerah tersebut tidak memiliki gong sebagai alat musik tradisional.
Sultan mengatakan harus ada nasionalisme baru, yaitu, peduli pada perbedaan sehingga tercipta sebuah harmoni. Budaya-budaya lokal harus melebur untuk menyesuaikan diri karena nasionalisme menuntut sikap kreatif. (ant/man)