Warta

Prosesi Militer Iringi Pemakaman Cak Nur

Selasa, 30 Agustus 2005 | 05:28 WIB

Jakarta, NU Online
Tepat jam 09.52 WIB, Selasa (30/8) sepasukan tentara diiringi keluarga dan kerabat mengiringi jenazah almarhum cendekiawan muslim, Prof Dr Nurcholish Madjid (66 tahun) untuk dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Iring-iringan yang membawa jenazah guru bangsa itu, berangkat dari tempat persemayaman di Universitas Paramadina, dan tiba di Taman Makam Pahlawan Kalibata,  dengan inspektur upacara Ketua MPR-RI Hidayat Nurwahid.

<>

Rentetan tembakan salvo untuk menghormati kepergian almarhum dilepaskan sejumlah anggota TNI-AD sebagai penghormatan terakhir dari negara kepada almarhum. Kemudian sejumlah anggota TNI-AD mengusung peti jenazah hingga ke tempat upacara, di dekat sisi makam yang telah disiapkan.

Ketika jenazah akan dimasukan ke liang lahat, empat perwira dari tiga angkatan dan kepolisian mengangkat bendera merah putih di atas kubur, kemudian petugas makam menurunkan jenazah. Setelah itu acara tabur bunga dilakukan oleh Hidayat Nurwahid, pihak keluarga yang diwakili isteri almarhum, ketua DPR Agung Laksono yang diwakili AM. Fatwa, Tri Sutrisno, dan Pimpinan Kostrad.
   
Hidayat Nurwahid dalam sambutannya  antara lain menyatakan bahwa Cak Nur -pangilan akrab Nurcholish Madjid, telah melaksanakan tugasnya secara paripurna. Cak Nur, kata Hidayat, telah memberikan contoh keteladanan berbangsa, secara baik sekali, dan sangat langka tokoh nasional seperti dia."Kita bangsa Indonesia kehilangan seorang putra Indonesia yang tidak hanya berbicara tetapi memberikan contoh secara baik," katanya.
   
Hadir pada prosesi pemakaman itu Omi Komariah, isteri mendiang Cak Nur,  dan anak-anaknya, Nadia Madjid dan Ahmad Mikail, serta anggota keluarganya yang lain. Hadir pula pada pekaman itu sejumlah tokoh seperti mantan Wapres Try Sutrisno, mantan Ketua DPR Akbar Tandjung, Menag Maftuh Basyuni, mantan Ketua Umum Dekopin Sri-Edi Swasono, Ketua PBNU, Masdar Farid Mas'udi, Ketua PGI Pdt Nathan Setiabudi, Tokoh Pers Nasional, Surya Paloh, Tokoh PDIP, Taufiq Kiemas,  dan sejumlah anggota DPR, serta civitas akademika Universitas Paramadina dan masyarakat umum.
   
Cak Nur, panggilan akrab Nurcholish Madjid, wafat di Ruang 4403 Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, Senin (29/8) pada pukul 14.05 WIB. Sebelum wafat, Cak Nur dilaporkan kritis dan dirawat di RS Pondok Indah sejak 15 Agustus 2005. Cak Nur  sebelumnya pernah menjalani operasi transplantasi hati akibat menderita hepatitis kronis di Rumah Sakit (RS) Taiping, Guangdong, China, 23 Juli 2005.
   
Setelah operasi tersebut Cak Nur, sesuai saran dokter, selanjutnya menjalani perawatan di ruang isolasi Kamar 21 Lantai 2 Rumah Sakit Universitas Nasional (National University Hospital/NUH) Singapura.
   
Setelah itu kembali ke Jakarta, untuk menjalani perawatan di RS Pondok Indah di Jakarta. Dalam catatan biografi, Prof. Dr. Nurcholish Madjid dilahirkan di Mojoroto, Jombang, Jatim, tanggal 17 Maret 1939, dari keluarga kalangan pesantren.
   
Pendidikan yang pernah ia tempuh antara lain Sekolah Rakyat di Mojoanyar dan Bareng (pagi), dan Madrasah Ibtidaiyah di Mojoanyar (sore); Pesantren Darul ’Ulum di Rejoso, Jombang; KMI (Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah) Pesantren Darus Salam di Gontor, Ponorogo; IAIN Syarif Hidayatullah di Jakarta (Sarjana Sastra Arab, 1968); dan Universitas Chicago di Chicago, AS (Ph.D., Islamic Thought, 1984).

Dalam acara pemakaman yang berlangsung hampir satu jam tersebut, diakhiri dengan permohonan maaf pihak keluarga yang disampaikan oleh Wakil Ketua KPK Erry Riyana Hardja Pamekas. Dalam kesempatan itu Ery juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu almarhum baik selama hidup maupun setelah meninggal, serta memohon doa dan keikhlasannya atas kepergian almarhum. Acara kemudian disudahi dengan pembacaan doa yang dihadiri ratusan pelayat. (cih)

 


Terkait