Jakarta, NU Online
Umat Islam di Indonesia menjalankan puasa sunnah Arafah pada hari Sabtu tanggal 9 Dzulhijjah 1427 H (30 Desember 2006), meskipun pada hari itu jamaah haji sudah menyelesaikan ibadah wukuf di Arafah. Hal itu lantaran perbedaan wilayah geografis semata.
“Itu sudah jelas. Seperti sholat Maghrib itu kan kita tidak ikut waktu mekah, tapi ikut penetapan waktu di sini. Lain tempat kan kan bisa lain waktu,” kata Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Masyhuri Na’im kepada NU Online di Jakarta, Selasa (26/12).
<>Seperti di beritakan NU Online (22/12), pemerintah Kerajaan Arab Saudi akhirnya menetapkan hari Arafah jatuh pada Jumat, 29 Desember 2006. Para ahli falak Nahdlatul Ulama mengkritik kebijakan ini lebih kental unsur ekonominya dari pada unsur ibadahnya. Karena jika wukuf di Arafah terjadi pada hari Jumat atau terjadi “haji akbar” yang penuh keutamaan, pemerintah Arab Saudi akan kebanjiran pemasukan.
Jika dibandingkan dengan posisi hilal di Makkah pada tanggal yang bersamaan dengan tangal 29 Dzulqa’dah (20 Desember) pada saat diberlangsungkan rukyatul hilal di Indonesia, di Makkah ijtima’ (bulan baru) terjadi sekitar 0 jam 41 menit sebelum terbenam matahari (ijtima’ qabla ghurub). Namun ketinggian hilal pada saat ghurub masih berada di bawah ufuk pada ketinggian sekitar -2051,7'
Hilal di Makkah dengan demikian memang sudah merupakan hilal Dzulhijjah karena sudah melampaui ijtima’, namun dengan ketinggian yang negatif ini secara obyektif hilal tidak mungkin dapat terlihat. Besar kemungkinan jika dilihat hanya pada posisi hilal semata, baik di Indonesia maupun di Arab Saudi akan mengawali bulan Dzulhijjah pada hari yang bersamaan, yakni pada hari Jum’at tangal 22 Desember 2006 dan wukuf akan diberlangsungkan pada hari Sabtu, 30 Desember 2006.
Sementara itu Sidang Itsbat ormas-ormas Islam dan Departemen Agama menyepakati Idul Adha (10 Dzulhijjah 1427 H) jatuh pada Minggu 31 Desember 2006, artinya puasa Arafah diadakan pada hari Sabtu tanggal 30 Desember 2006. Dari seluruh lokasi di Indonesia yang melakukan rukyat pada 29 Dzulqa'dah atau Rabu (20/12) lalu melaporkan mereka tidak bisa melihat hilal. (nam)