Ramadhan, LDNU Bakal Kader Da’i-Da’iyah NU Mantapkan Aswaja
Selasa, 5 September 2006 | 06:25 WIB
Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) tak mau ambil risiko jika paham Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja) tergantikan seiring bermunculannya paham keagamaan baru yang marak belakangan ini. Setelah beberapa waktu lalu berhasil mengumpulkan para pemimpin majelis taklim dan para da’i NU, pada bulan Ramadhan mendatang, Pimpinan Pusat (PP) Lembaga Dakwah (LD) NU akan mengkader sejumlah da’i dan da’iyah (juru dakwah perempuan) berbasis nahdliyyin (sebutan untuk warga NU).
“Bulan puasa (Ramadhan, red) nanti kita mengumpulkan anak-anak muda NU. Mereka akan kita kader untuk menjadi da’i dan da’iyah atau mubalig dan muballighoh NU,” ungkap Ketua Umum PP LDNU KH Nuril Huda kepada NU Online di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa (5/9)
<>Ditegaskan Kiai Nuril, begitu panggilan akrab Kiai asal Lamongan, Jawa Timur ini, misi utama dari pengkaderan para da’i dan da’iyah NU yang akan digelar selama 10 hari dari awal bulan Ramadhan itu adalah dalam rangka memperdalam dan memantapkan paham Aswaja. Harapannya nanti, lanjutnya, para da’i dan da’iyah itu mampu mendakwahkan atau menyosialisasikan paham Aswaja yang benar.
Hal itu, tutur Kiai Nuril, penting segera dilakukan. Karena, tegasnya, NU sudah tak mau lagi berkompromi dengan semakin maraknya paham keagamaan baru yang tidak jelas dan justru membingungkan umat. “Masyarakat itu bingung. Banyak (kelompok, red) yang mengatasnamakan Aswaja, tapi sebenarnya bukan. Mengaku Ahlussunnah, tapi Ahlussunnah-nya samar-samar,” terangnya.
“Makanya, kita nggak mau main-main lagi. Kita ingin mendakwahkan bagaimana Aswaja yang benar. Aswaja, Ahlussunnah yang ada Wal Jama’ah-nya, pengikut nabi (Muhammad SAW, red) dan juga para sahabatnya. Bukan yang Ahlussunnah saja,” tegas Kiai Nuril.
Dijelaskan Kiai Nuril, pada pengkaderan yang akan diikuti 200 da’i dan da’iyah NU dari wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) itu, terdapat materi utama yang akan disampaikan. Pertama, tentang kebenaran paham Aswaja. “Di negeri kita muncul Aswaja-aswaja baru. Mana Aswaja yang benar, nanti kita sampaikan itu,” tandasnya.
Kedua, tentang strategi dakwah yang efektif serta upaya pelestarian paham Aswaja di tengah masyarakat global. Untuk keperluan ini, kata Kiai Nuril, pihaknya akan mengundang sejumlah pakar untuk menjadi narasumber, di antaranya pakar komunikasi, pakar sosiologi, pakar budaya, dan lain-lain.
“Jadi, para da’i dan da’iyah itu, selain akan dimantapkan Aswaja-nya, akan kita latih juga bagaimana berdakwah yang efektif, bagaimana memahami tipologi sebuah masyarakat, bagaimana budaya dan tradisinya, dan lain-lain,” jelas Kiai Nuril.
Ketiga, pemahaman tentang sejumlah aliran-aliran lain yang berkembang di dalam Islam sendiri. “Untuk yang ini, sifatnya hanya mengetahui saja, tidak untuk diamalkan atau dipraktekkan. Ya, sekedar tahu atau memahami saja bahwa di dalam Islam ada aliran lain selain Aswaja,” tuturnya. (rif)