Warta

Bendung Gerakan Islam Radikal, LDNU Kumpulkan "High" Da'i

Jumat, 1 September 2006 | 09:47 WIB

Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) tak mau main-main dengan semakin gencarnya gerakan Islam radikal yang muncul belakangan ini. Setelah kemarin berhasil mengumpulkan para pemimpin majelis taklim, kali ini, Pengurus (PP) Pusat Lembaga Dakwah (LD) NU akan menghimpun para da’i NU pada acara Halaqoh Dakwah II yang akan digelar di Asrama Haji, Pondok Gede, Bekasi, 2-3 September besok.

“Kita akan mengumpulkan para ‘high’ da’i NU. Da’i yang tidak hanya punya kemampuan berceramah, tapi juga memiliki kemampuan intelektual yang bagus. Tidak hanya menguasai metode dakwah, tapi juga menguasai berbagai disiplin ilmu,” kata Samsul Ma’arif, Ketua Panitia Halaqoh Dakwah II kepada NU Online di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Jum’at (1/9)

<>

Acara yang akan diikuti 150 da’i NU se-Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) itu, kata Samsul, bertujuan untuk mengimbangi gerakan Islam ekstrim “kanan” (fundamentalisme dan radikalisme) sekaligus juga gerakan Islam ekstrim “kiri” (liberalisme dan sekularisme. “Dakwah yang kita pakai merupakan jalan tengah di antara gerakan Islam kiri dan Islam kanan,” terangnya.

“Dakwah yang moderat dan berciri khas NU, yakni berdakwah, ber-amar ma’ruf nahi munkar yang mengedepankan prinsip tawasuth (moderat) ’itidal (keadilan) tasamuh (toleran) dan tawazun (berimbang). Soalnya saat ini kan banyak organisasi Islam yang ber-amar ma’ruf nahi munkar tapi dengan cara yang munkar juga,” jelas Samsul.

Dijelaskan Samsul, ada tiga hal yang menjadi inti dari halaqoh tersebut, pertama, penguasaan wawasan ke-Islam-an. “Akan diberikan materi dakwah Islam dalam arti luas, seluas pengertian Islam itu sendiri,” katanya. Kedua, penguasaan wawasan dan pemikiran khas NU. Ketiga, penguasaan metode komunikasi dakwah melalui media massa. Untuk keperluan hal yang terakhir itu, pihaknya telah mengundang sejumlah pakar komunikasi.

“Kita (NU) punya segudang da’i, tapi tidak ada yang menguasai metode dakwah via media, tidak ada da’i kita yang muncul di televisi dan menyuarakan dakwah Islam yang moderat ala NU,” ungkap Samsul.

Disinggung tentang nasib sejumlah masjid-masjid milik warga nahdliyyin (sebutan untuk warga NU) yang diambil alih oleh kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Islam, Samsul mengatakan, hal itu pada dasarnya juga menjadi tanggung jawab para da’i NU. Namun, lanjutnya, dalam halaqoh kedua ini masih dalam tahap memantapkan pemikiran dan wawasan para da’i.

PP LDNU, imbuhnya, telah mengagendakan kegiatan serupa, namun dengan visi-misi yang berbeda. “Akan ada halaqoh tersendiri untuk itu, yakni pada tahap ketiga. Halaqoh itu akan diarahkan pada harokah-siyasah dakwah,” katanya. (rif)