Ramadhan, Momentum Terbaik bagi Ibu untuk Berbakti pada Keluarga
Selasa, 9 September 2008 | 02:01 WIB
Ramadhan bukan sekedar merupakan bulan bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa. Bulan yang disebut penuh hikmah itu juga merupakan momentum terbaik bagi seorang ibu untuk berbakti pada keluarga.
Saat Ramadhan, seorang ibu bisa ‘menumpahkan’ segala pengabdiannya sepenuh hati, baik kepada suami maupun anak-anaknya. Momentum tersebut tak dapat ditemukan pada waktu-waktu lainnya.<>
Demikian diungkapkan Ketua Pengurus Cabang Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Tegal, Umi Azizah, kepada NU Online di Tegal, Jawa Tengah, akhir pekan lalu.
Pada waktu selain Ramadhan, lanjut Azizah, seorang ibu, meski aktivitasnya sama-sama padat, tapi nilai ibadahnya tidak maksimal. “Jadi, saat Ramadhan, bukti pengabdian yang tulus harus ditunjukkan dengan hati guna meraup keberkahan dari-Nya,” pungkasnya.
Bukti keberkahaan Ramadhan, ujar Azizah, bisa berupa berkumpulnya seluruh anggota keluarga saat berbuka puasa bersama, sahur bersama, salat berjamaah dan musyawarah dalam segala persoalan kelurga.
Lainnya datang juga dari sisi ekonomi, kesehatan, agama (nilai-nilai tauhid) dan berbagai sisi yang sulit diukur dengan akal. “Dengan membanjirnya keberkahan, saatnya seorang ibu mencurahkan pula pengabdian,” ajak Azizah.
Seorang ibu pun menjadi penentu bagi kelangsungan generasi. Generasi yang berkualitas akan lahir dari seorang ibu yang berkualitas pula. Negara akan kuat bila rumah tangga keluarga Indonesia pun kokoh. Kekokohan keluarga sangat bergantung pada peran ibu.
“Wanita itu tiang negara, bila perempuan kuat, maka negara kuat. Begitupun sebaliknya,” ujar Azizah menyitir Hadits.
Jadi, imbuh Azizah, pada Ramadhan ini, saatnya perempuan-perempuan bangkit menguatkan negara. Segala persoalan bangsa yang terus menggerus, bisa sirna. Berbagai konflik dan krisis multidimensi bisa teratasi.
Betapa pentingnya posisi perempuan, negara dalam kebijakannya harus lebih berpihak pada perempuan. “Selama ini, tingkat partisipasi perempuan terhadap negara besar, tapi dalam kebijakannya, negara selalu meninggalkan perempuan,” pungkasnya. (was)