Kaum neoliberal yang menjadi penentu kebijakan ekonomi di pemerintahan sengaja memiskinkan masyarakat dengan kebijakan-kebijakan mereka. Selama ini kebijakan fiskal, moneter, perbankan dan pasar modal Indonesia tidak pro-pertanian dan rakyat
Demikian dikatakan Mantan Menteri Koordinator Perekonomian sekaligus Mantan Menteri Keuangan Rizal Ramli dalam diskusi yang diadakan Direktorat Riset dan Kajian Strategis Institut Pertanian Bogor dan the International Center for Applied Finance and Economics (Inter CAFE), seperti dirilis Humas IPB, Kamis (14/8).<>
“Kemiskinan yang terjadi di Indonesia adalah kemiskinan struktural. Kemiskinan struktural itu terjadi karena kebijakan pemerintah tidak memihak kepada rakyat,” kata Rizal Ramli
Sejak krisis ekonomi tahun 1997, Indonesia menerima uluran bantuan IMF, kondisi perekonomian bukannya membaik. Indonesia menandatangani letter of intens yang berisi konsep Washington Consensus.
"Indonesia kian masuk dalam cengkeraman neoliberal dunia. Bank lebih berfungsi menjaga inflasi dan nilai tukar uang, bukan memberikan bantuan kredit usaha bagi usaha kecil menengah. Wajar jika petani, nelayan atau masyarakat yang bergerak di sektor riil tidak memperoleh akses modal,” katanya.
Menurut Rizal, kondisi ekonomi Indonesia saat ini seperti gelas anggur. Kaum miskinnya banyak, kelas menengahnya tidak ada, langsung dipenuhi kaum elite. “Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin,” katanya.
Kebijakan pemerintah saat ini hanya menyenangkan kaum elit yang porsinya hanya 10 persen, sedangkan 90 persen diabaikan. (nam)