Hampir sepertiga dari 689 warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel atas Gaza adalah anak-anak. Sebagian besar tewas setelah dimulainya serangan darat yang dilancarkan setelah pemboman udara, kata para medis, Rabu (7/1).
Jumlah warga sipil yang tewas meningkat secara dramatis sejak Sabtu ketika para serdadu darat bersama-sama melancarkan serangan lewat udara dan laut atas Hamas yang menguasai Gaza.<>
Sebanyak 220 anak telah tewas sejak ofensif bersandi "Operation Cast Lead" dilancarkan pada 27 Desember, kata Moawiya Hassanein, ketua dinas darurat Gaza. Lembaga-lembaga kemanusiaan mengkhawatirkan korban di pihak warga sipil akan bertambah karena pertempuran mengimbas ke kawasan-kawasan padat penduduk di Gaza, salah satu tempat terpadat di Bumi.
"Yang jadi kecemasan adalah jumlah anak-anak dan keluarga mereka yang melarikan diri dari pertempuran dan bombardir atau mengungsi karena rumah-rumah mereka hancur atau rusak," kata lembaga the Save the Children, Rabu.
Warga sipil tak tahu mau ke mana lagi menghindari konflik itu. Perbatasan-perbatasan ditutup berdasarkan blokade Israel yang telah berlangsung 18 bulan, dan gedung-gedung yang dipandang aman sebagai tempat perlindungan oleh PBB telah digempur.
Pada Selasa lalu, sedikitnya 43 orang yang berlindung di sebuah sekolah di bagian utara Gaza tewas, demikian dinas darurat. Angkatan Darat Israel mengatakan para serdadu telah membalas serangan mortir dari dalam kompleks sekolah itu tapi badan PBB untuk pengungsi Palestina yang mengelola sekolah itu menyatakan bahwa "99,9 persen dijamin" tidak ada militan di sana.
Warga Palestina "terus-menerus merana dan nestapa karena setiap hari serangan berlangsung," ujar Martha Myers, direktur CARE untuk wilayah Palestina, setelah salah seorang pekerjanya di bagian distribusi makanan tewas dalam suatu serangan udara Selasa malam. "Ini bukti lagi bahwa setiap serangan bahkan atas target tertentu akan menimbulkan korban di pihak warga sipil," ujarnya. (ant/afp/kp)