Bandung, NU Online
Tidak semua pelajaran umum yang dijejalkan melalui sistem pendidikan nasional relevan untuk madrasah. Malahan dengan begitu madrasah semakin kehilangan identitas dan fungsinya dalam sistem pendidikan nasional itu sendiri.
Demikian dalam Rapat kerja Nasional (Rakernas) Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) di Pondok Pesantren Darul Ma’arif, Cigondewah Bandung, Kamis (30/8).
<>Menurut H Thayyib IM, Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif, salah satu lembaga NU yang membidangi pendidikan, keberadaan materi-materi keagamaan yang diajarkan di madrasah madrasah semakin terasa penting di tengah perubahan zaman yang semakin tidak menentu.
Dikatakan, kalaupun ada beberapa aspek yang kurang memadai dalam proses pendidikan di madrasah, kebijakan pemintah yang yang kenakan tidak bisa disamaratakan dengan kebijakan untuk lembaga pendidikan umum.
“Memperbaiki madrasah tak harus dengan cara sekolah umum. Perlu diingat bahwa memperbaiki bus tentu berbeda dengan perbaiki kereta api. Ini yang selama ini tidak terfikirkan,” kata H Thayyib sesaat sebelum penandatanganan MoU LP Ma’arif-IPPNU mengenai pendirian komisariat IPPNU di lembaga pendidikan yang dikelola LP Ma’arif.
Para peserta Rakernas IPPNU yang hadir dari 26 Wilayah di Indonesia menyerukan, pendidikan nasional jangan sampai hanya terpaku pada aspek kognitif saja, tetapi juga ketemrampilan (psikomotorik) dan terutama aspek pembentukan sikap (afektif). Rakernas menyerukan disertakannya pelajaran agama dalam Ujian Nasional, selain pelajaran bahasa Inggris, bahasa Indonesia dan matematika.
KH Agus Haidar Ruslan, salah seorang Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ma’arif kepada NU Online di tempat terpisah mengeluhkan berkurangnya porsi pelajaran pesantren dalam madrasah.
“Akibatnya kemappuan ilmu agama yang dimiliki siswa sekarang jauh mengalami kemunduran dibanding siswa-siswa dulu. Padahal tantangan ke depan semakin berat. Arus globalisasi perlu dikendalikan dengan penanaman nilai-nilai keagamaan pada diri siswa sejak dini,” katanya.(nam)