Warga Nahdliyyin tidak perlu resah dengan beredarnya buku “Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” karangan H Mahrus Ali. Pasalnya Lembaga Bahtsul Masa’il (LBM) NU Jember bekerjasama dengan penerbit Khalista Surabaya menerbitkan buku jawaban dari tuduhan itu.
Buku yang layak menjadi benteng bagi warga NU itu diberi judul “Membongkar Kebohongan Buku Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik.” Buku setebal 254 ditambah beberapa lampiran itu terbit pada pertengahan bulan Januari ini.<>
Direktur Khalista, A Ma’ruf Asrori mengatakan, buku yang baru diterbitkan itu merupakan jawaban atas permintaan sekian banyak warga NU yang merasa keberatan dengan beredarnya buku karya H Mahrus Ali tersebut. Apalagi buku itu mendapatkan kata pengantar dari KH Muammal Hamidy yang tokoh organisasi Persis dan konon menjadi bagian dari buku wajib mata kuliah agama di Unmuh Malang.
“Alhamdulillah, baru sekarang kami bisa memenuhi keinginan itu,” kata Ma’ruf , yang juga pengurus LTN NU Jawa Timur, kepada NU Online di Surabaya, Selasa (22/1).
Ma’ruf menjelaskan, dalam buku karya H Mahrus itu, banyak amalan yang sudah biasa dilakukan oleh kaum Nahdliyin dimentahkan oleh penulis yang beraliran Wahabi itu. Misalnya tentang Sholawat Badar, Nariyah, Fatih, Munjiyat, Tibbul Qulub, hizb, burdah, tawassul, bermadzhab, ilmu kekebalan, dan lain sebagainya yang dikatakan syirik oleh Mahrus.
Pementahan Mahrus tampak meyakinkan, karena ia banyak menggunakan dasar Al-Quran, Al-Hadits dan kitab-kitab kuning, baik yang beraliran Syafi’iyah maupun yang Wahabiyah. Ia memahami kitab-kitab Syafi’iyah karena pernah belajar di sebuah pesantren salaf di daerah Tuban. Sementara ia juga paham pada kitab-kitab Wahabiyah, karena memang murid dari Syeikh Bin Baz, tokoh kunci kaum Wahabi di Makkah.
Namun buku bantahan dari LBM NU Jember tidak kalah hebat. Selain menggunakan semua dasar yang dipakai H Mahrus, juga dilengkapi kitab-kitab lain, termasuk kitab-kitab sejarah sebagai pendukung.
“Ini sangat menarik, karena bantahan dalam buku ini tidak hanya menggunakan dalil Syafi’iyah, tapi banyak juga menggunakan dalil Wahabiyah dan Ibnu Taimiyah yang menjadi panutan H Mahrus. Ibaratnya menyerang balik lawan dengan menggunakan senjata milik lawan, sangat menarik,” tutur Ma’ruf.
Putra KH Asrori Ahmad Magelang itu menjelaskan lebih lanjut, lewat paparan yang begitu teliti dan detail, tim LBM NU Jember bisa meyakinkan bahwa semua amaliah yang selama ini dilakukan oleh kaum Nahdliyin adalah memiliki dasar yang sangat kuat. Tidak seperti yang dituduhkan selama ini oleh mereka yang tidak senang kepada orang NU.
Poin yang juga menarik, dalam buku itu diungkapkan siapa sebenarnya H Mahrus itu. Benarkah dia orang NU, lalu berhak memakai judul buku “Mantan Kiai NU” sehingga mengesankan ia memang bekas kiai NU yang telah bertobat?
Sebagai bukti keotentikan siapa sebenarnya penulis yang berjenggot panjang itu, dalam buku terbitan baru itu disertakan pula kesaksian dari dua pengurus NU. Pertama, Ranting NU Sidomukti, Kebomas, Gresik, yang menjadi tempat lahir penulis, dan kedua dari MWC NU Waru, Sidoarjo, yang menjadi tempat tinggalnya hingga kini. Lewat kesaksian kedua institusi NU itu akhirnya pembaca bisa menebak, siapa sebenarnya penulis buku itu.
Tidak selesai sampai di situ, dalam kata pengantarnya, tim LBM NU juga “menantang” kepada H Mahrus dan Muammal Hamidy untuk bersedia berdialog secara terbuka, terhormat dan bermartabat, dengan tujuan untuk mencari kebenaran. Tidak hanya dengan main serang lewat buku-buku yang menebarkan kebencian kepada masyarakat.
“Sungguh, buku baru ini sangat menarik untuk dibaca dan didalami agar kita tidak mudah terkecoh oleh dalil yang mereka bawakan,” tegas Ma’ruf. (sbh)