Warta

Yang tak Terkena Bencana harus Berkurban

Rabu, 17 November 2010 | 01:59 WIB

Jakarta, NU Online
Salah satu esensi dari Idul Qur’ban adalah mengorbankan diri atas harta yang paling dicintainya. Dalam suasana bencana yang terjadi di mana-mana ini, masyarakat yang tidak terkena bencana diharapkan mengorbankan sebagian hartanya untuk membantu yang sedang terkena musibah.

Hal ini disampaikan oleh ustadz Bukhori Muslim dalam khutbah Idul Adha yang diselenggarakan di halaman Gedung PBNU, Rabu (17/10).<>

Ia menjelaskan, esensi Kurban telah dimulai sejak zaman Nabi Adam ketika dua orang anaknya, Kobil dan Habil diminta mengorbankan sebagian hartanya untuk Allah. Pada saat itu, Kobil menyerahkan ternaknya yang paling baik sementara Habil menyerahkan sayur dan buah yang buruk. Allah menerima kurban Kobil karena keikhlasannya dalam menyerahkan harta yang paling berharga.

Wakil ketua LDNU ini juga menjelaskan, kurban binatang memiliki arti bahwa manusia diminta menghilangkan sifat-sifat kebinatangan seperti serakah, sombong, angkuh dan tidak peduli.

Jika tidak mampu berkurban hewan ternak sebagaimana disyariatkan, umat Islam tetap dapat membantu saudaranya dengan berinfak atau sedekah. “Mereka yang dekat dengan Allah akan terus melakukan ibadah-ibadah sosial sesuai dengan kemampuannya untuk membantu sesama,” paparnya.

Takbir

Pada kesempatan tersebut, Bukhori juga menyampaikan keprihatinannya atas maraknya penggunaan kalimat takbir, Allahu Akbar, yang digunakan tidak pada tempatnya seperti dalam demonstrasi atau bahkan dalam kerusuhan.

“Takbir adalah kalimat mulia yang hanya pantas diucapkan pada waktu-waktu mulia,” terangnya.

Masyarakat dari sekitar gedung PBNU memenuhi tempat pelaksanaan sholat Idul Adha ini. Secara rutin, halaman PBNU menjadi tempat sholat Idul Fitri dan Idul Adha.

Seusai pelaksanaan sholat ini, juga akan dipotong hewan Kurban berupa tiga ekor sapi dan satu kambing yang akan dibagikan pada masyarakat disekitar gedung PBNU. (mkf)


Terkait