Wawancara

Bung Kus: Liga Santri Harus Ikut Kompetisi di Liga Tiga

Ahad, 29 Oktober 2017 | 11:02 WIB

Dari segi permainan, taktik pelatih, sejauh ini ada yang menarik tidak, ada yang mengejutkan penampilannya?

Justru kalau mengejutkan sih enggak, saya sering kaget melihat permainan tim-tim yang berasal dari daerah tertentu yang selama ini tidak anggap daerah bola, tapi di Liga Santri ternyata pemainnya bagus-bagus. 

Misalkan?

Misalkan DDI Kaballangan. Selama ini siapa yang kenal DDI Kaballangan, ternyata mainnya bagus. Kalau misalnya dari Bandung, dari Surabaya, wajarlah. Dari Sragen juga ada Persi Sragen, tapi tiba-tiba dari Kaballangan, ternyata bagus. Terus dari Muaro Jambi, orang kan enggak kenal, tapi timnya bagus. Paiton, orang tahunya Pembangkit Listrik Tenaga Uap, ternyata mainnya bagus. Nurul Jadid itu bagus. 

Saya kira seperti Kaballangan ini menyiapkan tim? 

Tahun kemarin mereka sudah ikut, juara Seri Regional, tahun ini masuk lagi. Jadi, kelihatan tim yang selama ini konsisten mempersiapkan diri di eskul atau ada program sekolah bolanya, biasanya hasilnya kelihatan. Dari segi permainan pun mereka sedikit lebih baik. Ashidiqiyah itu di Jakarta kan punya lapangan sendiri, punya SSB sendiri. Kaballangan juga sama. Walisongo juga sama. 

Ada yang menarik nih, Nuris juara pertama 2015, Nur Iman juara pertama 2016. Mereka selalu tersingkir. Kenapa? 

Saya bilang tadi, standar kualitas tim ini masih naik turun. Nah, sekarang dengan adanya liga santri berkelanjutan, mulai ada tim-tim yang membentuk SSB, lapangan sendiri, nanti ada tim-tim yang ajeg dan tim naik turun. Yang ajeg itu akan ada. Seperti Walisongo, model Ashidiqiyah, itu akan ajeg prestasinya. Kalau ini terus dikondosikan dan dipertahankan di Liga Santri ini; kalau sekarang ini kan baru tiga tahun, orang masih menakar, ini bisa panjang atau enggak. 

Jadi, kadang-kadang tim ini tahun ini juara, tahun depan enggak, karena memang kita belum punya lapisan-lapisan pemain. Generasi tahun ini bagus, generasi di bawahnya belum tentu ada. Makanya tahun ini bisa juara, tahun depan ambruk. Nur Iman, juara tahun lalu, tahun ini ambruk karena pemainnya udah beda. Liga Santri masih sesuatu yang sekarang belum menjadi semacam program rutin. Mungkin sesudah tiga dan empat tahun ini, pesantren mempersiapkan itu. 

Untuk tahun ini ada yang sudah kelihatan menonjol seperti tahun kemarin yang membuktikan kualitas Rafli?

Belumlah kelihatan. Kita tidak bisa semuanya datangi pertandingan di region. Sulit. Ya yang saya bisa katakan dari region yang saya kunjungi  level permainnanya sekarang tidak terlalu jauh. Saya nonton di Trenggalek, di Cirebon, di Maluku, di Lampung, levelnya dekat-dekat. Makanya pertandingan hari ini tipis-tipis, 1-1, 2-2, ada yang menang 4-1 memang, ada yang menang 7-0, itu kan kasus khusus, tapi selebihnya berimbang. 

LSN ini proyeksinya bagaimana, misalnya 10 tahun ke depan? 

Kalau dari obrolan kami, saya kan kebetulan kan bukan pengurus RMINU,  kebetulan tenaga profesional untuk mengelola kompetisinya. Dari wacana yang kami diskusikan, harus ada badan hukum yang secara formal liga ini, sekaligus badan itu menjadi anggota PSSI supaya pemain-pemain, alumnus liga ini bisa menjadi bagian badan hukum anggota PSSI ini berkompetisi di liga yang level lebih tinggi, misalnya alumnus liga ini bisa mengikuti liga tiga, liga dua, kalau lebih bagus lagi, ke liga satu, atau di liga tiga tetap di situ, tapi pemainnya bisa kemana saja. 

Kalau saya sih menganggap liga santri ini pabrik penghasil pemain, tapi tetap kita harus punya iconnya di kompetisi, misalnya Santri FC ikut di liga tiga. Santri mana sajalah, mau di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, ikut liga tiga, pemain-pemain alumnus liga santri ikut kompetisi itu. Hasilnya, bahwa mereka diambil di liga dua atau satu. Jadi memanfaatkan hasil kompetisi ini, pemainnya yang berkembang di kompetisi lain dengan pemain yang lain. 

Kalau kita mau evaluasi, dengan kondisi sekarang, kira-kira berapa tahun Liga Santri ini bisa mapan?

Tiga atau empat tahun lagi. Semakin kita konssiten menyelenggarakan liga ini, konsistensi jadwalnya, regulasinya, standar pelaksanaanya, tata kelolanya, akan semakin serius pesantren menyiapkannya tahun depan. Jadi, awal-awalnya kan mereka, oh begini, tahun kedua lebih banyak. Tahun ketiga semakin banyak. Tahun depan, kalau ini lancar sampai final, sukses dari segi tata kelola dan penyelenggaraan, dan publikasi, tahun depan akan lebih hits. Ini kan masih dikemas publikasinya publikasinya, masih perlu dikemas imaginenya, pencitraannya tentang kompetisi ini, masih perlu dikemas cara membuat event ini lebih meriah, lebih menarik, bukan sekadar selesai, tapi juga membekas, berkesan untuk masyarakat Bandung. Oh, kemarin ada Liga Santri ini. 

Ada pemantau talent scouting, tahun ini ada Robby Darwis, ada Ade Abdullah bekas Persi, Bandung Raya, PSIM juga. Hari ini ke sini, Siliwangi. Ada Udin Rafiudin, bekas Bandung Raya, hari pertama Udin di Arcamanik. 

Tanggung jawab apa? 

Mereka mendata pemain-pemain berbakat, dari pelatihnya Persis Solo, masih melatih Persis Solo kita undang ke sini untuk melihat dan mendata pemain-pemain yang potensial. Pemain itu kelebihannya apa, kekurangannya apa. Nanti pemain-pemain itu yang akan kita bawa ke Tim Nasional. Ini kan kelompoknya dekat dengan timnya Indra Sjafri ya. Rafli kan prosesnya begitu. Muncul 18 pemain tahun lalu. Dipakai enggaknya urusan tim nasional. Tapi kalau tim nasional perlu data pemain, kita punya databasenya. Ada 22 ribu data pemain ini yang kta bisa jaring dari kompetisi ini. Nanti yang terbaiknya, seratus besarnya, yang kita jaring ini, kita bawa ke PSSI. Nih pemainnya. Tahun ini ada 22 ribu pemain dari 1046 tim. Pemainnya kan rata-rata 20 orang. Jadi 22 ribu lebih. 

Jadwal yang ketat bagaimana?

Karena memang kompetisi ini budgetnya, finansialnya masih kurang. Idealnya main, tiga hari lagi main. 

Biaya klub bagimana? 

Diserahkan kepada mereka, kita subsidi aja.   


Terkait