Belakangan ini, PBNU menjadi tempat berlabuh orang atau seklompok orang berlabuh ke pangkuan ajaran Islam (mualaf). Para mualaf itu merasa lebih cocok berislam melalui tokoh NU semisal Ketua Umum PBNU dan kiai-kiai NU lainnya.
Misalnya, akhir pekan lalu, ada dua orang yang masuk agama Islam secara sukarela di PBNU. Pertama, Seorang warga negara Ukraina, Ivan Mykhailov dibimbing membacakan dua kalimat syahadat oleh Sekretaris Jenderal (Sekretaris) PBNU H Helmy Faishal Zaini di ruangannya, Gedung PBNU, Jakarta, Kamis (4/7). Kemudian Sekjen Helmy juga membimbing hal yang sama kepada pria asal Bekasi, Jawa Barat, Robertus Hari Agung di Gedung Pimpinan Pusat GP Ansor, Jakarta Pusat, Ahad (7/7).
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj paling sering menuntun seorang atau sekelompok orang yang masuk Islam secara sukarela, baik dalam maupun luar negeri. Kiai Said misalnya, pernah membimbing serombongan orang Jepang masuk Islam di negaranya. Di waktu lain, sekelompok orang Jepang masuk Islam di PBNU.
Bagaimana sebetulnya hidayah datang kepada seseorang hingga ia masuk Islam dengan secara sukarela? Apakah hidayah itu bisa diusahkan atau benar-benar hak Allah? Untuk mengetahui hal itu, Abdullah Alawi dari NU Online mewawancarai KH Said Aqil Siroj, di ruangannya, Gedung PBNU, Jakarta, beberapa waktu lalu. Berikut petikannya:
Bagaimana kita memahami hidayah Islam yang datang kepada seseorang atau sekelompok orang?
Hidayah dalam arti petunjuk direct langsung dari Allah itu haknya Allah, monopolinya, prerogratifnya Allah. Oleh karena itu, para rasul itu sendiri, para nabi dan kita sendiri yang wajib adalah berjuang memperjuangkan agar masyarakat itu mendapatkan hidayah. Dapat apa tidak itu urusanny aALlahh. Maka Rasulullah sendiri ketika Abu Thalib meninggal dunia tak mau membacakan syahadat, beliau menangis, kecewa betul, padahal sangat membentengi Nabi Muhammad dari kejahatan orang-orang Quraisy, tetapi tetap tidak mau masuk Islam, kecewa, turun ayat Al-Qur’an innaka la tahdi
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
Oleh karena itu, nikmat Allah yang paling besar, anugerah Allah yang paling besar adalah hidayah.
Kalau hidayah itu hak Allah apakah menyesatkan juga hak Allah?
Allah mengatakan al-hadi wal mudhil, beliau yang memberi petunjuk dan memberi menyesatkan. Kenapa karena semua yang ada di duni berasal dari Allah. Yang gampang saja yang gampang. Apa hanya yang cantik saja dari Allah, yang jelek bukan dari Allah? Apa Allah hanya menciptakan burung perkutut yang indah itu atau burung merak yang indah itu, sementara cacing bukan ciptaan Allah? Sudah, sama. Yang menciptakan nabi adalah Allah, yang menciptakan Abu Jahal dan Abu Lahab juga Allah.
Bagaimana memahami bahwa misalnya menyukai yang mendapatkan hidayah daripada yang mendapat kesesatan, sementara Allah sendiri yang menciptakannya?
Itu namanya iradah syar’iyah. Ada dua, ada iradah kauniyah, ada iradah syar’iyah. Allah memberikan petunjuk dengan memberikan akal kemampuan, ada wahyu, ada Al-Qur’an, sudah memberikan petunjuk yang benar, ente atau dia enggak mau, enggak mau mengikuti jalan itu, padahal Allah sudah memberikan petunjuk, kirim nabi muhammad, ngasih otak, cerdas, logika, sudah dikasih perasaan dikasih jalan yang lurus, jalan yang benar.
Itu iradah syar’iyah. Bagaimana dengan iradah kauniyah?
Iradah kauniyah adalah iradah yang tertulis bahwa Abu Jahal tidak akan beriman, itu sudah tertulis.
Itu sudah kehendak Allah juga?
Iya. Enggak ada yang bukan dari kehendak Allah. Tadi sudah saya katakan kalau Allah hanya menciptakan yang cantik, yang bukan yang cantik bukan dari Allah? Allah hanya menciptakan yang sukses sementara yang gagal bukan dari Allah? Kalau Allah menciptakan yang kaya, yang miskin bukan dari Allah? Orang pintar dari Allah, yang bodoh bukan dari Allah?
Tujuan Allah dengan semua itu apa yang satu disesatkan yang satu diberi hidayah?
Ada hikmahnya dan itu kebijaksanaan Allah yang menentukan yang kita semua tidak tahu. Jadi, orang itu dapat hidayah atau enggak dari Allah. Kita tidak tahu.
Tapi apakah hidayah itu bisa diusahakan?
Kewajiban para rasul, para nabi, para ulama, para kiai adalah menyampaikan, membimbing, mengawal, jangan sampai putus asa. Dapat atau tidak hanya Allah yang menentukan.
Jadi, di dalam diri semua orang yang belum mendapat hidayah dibekali fasilitas atau alat yang sangat memungkinkan untuk menerima hidayah?
Iya, ya.