Wawancara

Prof. Syed Farid Alatas: Pemikiran Islam Indonesia Lebih Dinamis

Kamis, 2 Maret 2017 | 11:02 WIB

Pada Rabu (22/2), kantor Redaksi NU Online, gedung PBNU, Jakarta, menerima kunjungan 20 mahasiswa asing. Mereka dari berasal dari Malaysia dan Singapura. Mahasiswa dan mahasiswi tersebut berasal dari National University of Singapore (NUS), University of Malaya, University of Kuala Lumpur, University of Tehran, dan Liverpool University.

Mereka disambut Wakil Sekretaris Jenderal PBNU H Ulil Abshar, Pemimpin Redaksi NU Online Ahmad Mukafi Niam, Direktur Aswaja TV H Syaifullah Amin, serta wartawan dan redaktur NU Online.

Mereka ditemani Mohamed Imran Taib, yang memimpin rombongan; dan  salah seorang profesor yaitu  Syed Farid Alatas. Sebelum mereka undur diri, NU Online sempat mewawancarai profesor yang merupakan keponakan Syekh Naquib Alatas tersebut. 

Berikut wawancara dia dengan wartawan NU Online, Abdullah Alawi. 

Bagaimana Anda mengenal Islam Indonesia?

Dari segi pengelaman di Malaysia dan Singapura, ada lebih banyak perkembangan aliran, pemikiran, dan pendekatan terhadap Islam, persoalan-persoalan tertentu, termasuk bermasyarakat Islam di Indonesia.

Bisa dijelaskan maksudnya!? 

Maksudnya, contohnya ada pengaruh Salafiyah di Indonesia dan Malaysia, tapi di Indonesia banyak balasan tentang itu, tanggapan terhadap itu.

Balasan itu maksudnya counter pemikiran?

Ya, iya, menjawab. 

Sementara di Malasysia dan Singapura? 

Kepelbagaian pemikiran di Indonesia adalah jauh dinamis dibanding dengan Singapura dan Malaysia. 

Apakah itu berkaitan dengan kebebasan pemikiran?

Iya. 

Apakah itu positif dalam dunia Islam? 

Iya, sebab Indonesia merupakan, menurut kami, negara Islam yang paling demokratis. 

Anda mengenal NU?

Iya, dan kami melihat NU mewakili aliran kepelbagaian, kebebasan berpikir di negara Islam. 

Bagaimana cara pandang Anda terhadap Islam Nusantara yang disusung NU?

Kami rasa di Malaysia, beberapa pihak dalam gerakan Islam, kami menjalani satu proses Arabisaasi oleh aliran-aliran tertentu dari Timur Tengah, dari negara seperti Arab Saudi, seperti Mesir didatangkan ke Malaysia; dan pola pemikiran cara hidup yang tidak sesuai orang Islam di Asia Tenggara diperkenalkan sebagai Islam murni. Kami anggap gagasan Islam Nusantara sebagai satu gagasan sangat sehat untuk semangat Islam di Asi a Tenggara. 

Apa ada saran dan kritik bagi gerakan NU selanjutnya?

Saya mesti dapat saran dari NU. 


Terkait