Daerah

Agar Tetap Hijau, Panitia PKPNU Tanam Sawo di Pesantren Nurul Qarnain

Senin, 2 Desember 2019 | 14:00 WIB

Agar Tetap Hijau, Panitia PKPNU Tanam Sawo di Pesantren Nurul Qarnain

Suasana usai penanaman pohon sawo secara simbolis oleh Panitia PKPNU segmen dosen di halaman auditorium Nurul Qarnain. (Foto: NU Online/Aryudi AR).

Jember, NU Online

IAIN Jember sukses menyelenggarakan PKPNU (Pendidikan Kader Pergerakan Nahdlatul Ulama) segmen dosen. Kegiatan dipusatkan di Pondok Pesantren Nurul Qarnain yang berakhir Ahad (1/12) malam. Kegiatan ditindaklanjuti dengan penanaman ratusan pohon sawo dan mangga di area pesantren yang terletak di Desa Baletbaru, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember, Jawa Timur tersebut.

 

Penanaman pohon sawo itu secara simbolis dilakukan oleh Rektor IAIN Jember, H Babun Suharto bersama sejumlah kiai di halaman auditorium Nurul Qarnain menjelang berakhirnya PKPNU segmen dosen.

 

Menurut H Babun, kehijauan sebagai salah satu ciri khas pesantren di desa perlu terus dilestarikan. Selain menyejukkan mata, aneka pohon yang tumbuh di lingkungan di pesantren, juga menjadi modal sumber daya air yang sehat.

 

“Makanya mata air di pesantren desa itu jarang terjadi kekeringan, karena banyak pohon di sekitar pesantren,” ucapnya.

 

Nurul Qarnain memang dikenal sebagai pondok pesantren yang asri, di sekelilingnya dirimbuni pepohonan. Bahkan auditorium Nurul Qarnain sengaja dibangun di tengah sawah agar sejuk dengan angin semilir yang datang dari segala penjuru. Jalan beraspal yang menuju auditorium tersebut, juga melewati sawah dengan pemandangan yang sejuk di kanan-kiri jalan.

 

“Karena itu, penanaman pohon sawu dan sebagainya cukup berarti bagi kami, terutama dalam menjaga lingkungan,” jelas salah seorang pengasuh, H Imam Syafi’i.

 

Selain hijau, pondok pesantren yang didirikan dan diasuh oleh KH Yazid Karimullah itu, juga tampak asri dan bersih. Di lingkungan pesantren, lebih-lebih di jalan yang menghubungkan dalem dan sekolah formal, sulit ditemukan sampah.

 

“Jadi kebersihan memang diserahkan kepada santri, agar terbiasa bersih saat pulang ke rumahnya,” lanjutnya

 

Menurut H Imam Syafi’i, untuk mendukung kebersihan di pesantren, pihaknya membangun empat tungku pembakaran sampah. Tungku tersebut berupa bangunan tembok berukuran 2 meter persegi, yang di atasnya disambung dengan cerobong. Jadi sampah-sampah di pesantren tinggal dimasukkan dalam tungku, dan langsung dibakar. Tidak ada bau apapun karena asap pembakaran sampah, terbuang melalui cerobong itu. Di sini tidak ada sampah sampai menumpuk, karena langsung dibakar di tempat sampah yang juga berfungsi sebagai tungku itu.

 

“Jadi sampah dibuang, langsung dibakar,” jelasnya.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Ibnu Nawawi