Afina Izzati
Kontributor
Mendapati malam Lailatur Qadar tentu menjadi cita-cita kaum muslimin di muka bumi. Berbagai cara dilakukan untuk menjemputnya di 10 malam terakhir Ramadhan. Dalam menjemput malam yang lebih baik dari 1.000 bulan itu, KH Zaim Ahmad (Gus Zaim) memiliki cara tersendiri.
Menurut Pengasuh Pesantren Kauman Lasem Rembang Jawa Tengah ini, ibadah mahdlah (murni, ritual) seperti salat, zakat, puasa, haji dan lain lain sudah menjadi pilihan wajib setiap muslim dalam mengiringi puasa Ramadhan.
“Sejumlah ibadah dengan memperbanyak shalat sunnah, tadarus Al-Qur’an, dan i’tikaf di masjid, kita pilih untuk mengisi waktu selama Ramadhan,” kata Gus Zaim kepada NU Online, Kamis (14/5) malam.
Di samping ibadah ritual, kaum muslimin perlu mengiringinya dengan ibadah sosial yang dapat dirasakan manfaatnya tidak hanya untuk diri sendiri, namun juga orang lain.
“Memang ibadah ritual itu baik. Akan tetapi, ibadah sosial justru lebih baik. Termasuk zakat ataupun sedekah sederhananya,” sambung Wakil Rais Syuriyah PCNU Lasem ini.
Apalagi, lanjut dia, kita kini sedang berada dalam iklim ekonomi yang menurun. Banyak pekerja di-PHK, pendapatan pedagang banyak yang menurun drastis, serta muncul orang-orang fakir miskin baru di tengah pandemi Covid-19.
Manfaat ibadah sosial, menurut dia, juga dapat memberikan efek karambol yang dapat dirasakan oleh pemerintah karena dapat meminimalisir kejahatan. Banyak masyarakat yang mendapatkan perhatian sehingga mereka akan lebih semangat menjalani hidup dengan cara yang baik.
Cucu salah satu pendiri NU KH Ma’shum Ahmad Lasem ini menjelaskan, di 10 hari terakhir bulan Ramadhan kita harus lebih baik dari sebelumnya dengan memperbanyak ibadah ritual dan ibadah sosial.
Selain itu, bagi seorang pendidik harus memperbanyak mengajar. Sementara bagi peserta didik harus banyak belajar. “Ini sering sekali dilupakan dan dianggap biasa oleh orang-orang. Padahal mengajar dan belajar adalah melebihi segalanya,” tandasnya.
“Tafakkuru sa’atin afdlalu min ‘ibaadati sittiina sanatan. Ini berarti bahwa berpikir, belajar, dan mengajar satu menit atau satu jam itu lebih baik daripada ibadah ritual selama 60 tahun,” sambung Gus Zaim.
Oleh karena itu, menurut dia, mengajar atau menyebarkan ilmu meski sebentar akan memberi efek berkesinambungan, serta tumbuh dan berkembang bagi penerima ilmu.
Kontributor: Afina izzati
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua