Rembang, NU Online
Adalah semestinya jika babak permainan sepakbola terdiri dari dua babak. Ya, dua kali 45 menit. Namun, lain halnya dengan yang terjadi di Stadion Krida Rembang.
Dalam momen pesta olahraga santri se-Indonesia atau Liga Santri Nusantara (LSN) Regional 1 Jawa Tengah Sub-region 2 Karesidenan Pati, satu pertandingan terdiri dari tiga babak permainan.
Bukan mengapa, hal tersebut tak lain adalah karena Stadion Krida Rembang berdekatan dengan masjid besar milik warga. Sehingga ketika shalat lima waktu telah tiba, maka adzan yang dikumandangkan pun terdengar hingga ke stadion.
Sontak, sang wasit pun membunyikan peluit pertanda permainan harus dihentikan sementara demi menghormati panggilan ibadah tersebut. Mendadak suasana stadion menjadi hening. Hanya sayup-sayup terdengar lantunan adzan dari suara lelaki paruh baya yang sesekali mendapat sahutan jawaban panggilan adzan di setiap jeda seruannya. Sehingga pertandingan pun menjadi tiga babak. Satu babak pertama dan dua kali babak selanjutnya adalah saat pra serta pasca adzan menggema.
Memang inilah realita dari Liga Santri Nusantara. Selain semangat kompetitif yang begitu tinggi untuk saling bersaing, sportifitas yang merupakan cerminan kejujuran dan nilai kepesantrenan. Akhlakul karimah atau budi pekerti yang luhurlah yang selalu menjadi ciri khas santri dalam menjalani kehidupan. (Ulin Nuha Karim/Ibnu Nawawi)