Daerah

Gus Nawir: NU itu 'Mberkahi', Tapi Juga 'Ngwalati'

Jumat, 23 Februari 2018 | 13:00 WIB

Pringsewu, NU Online
Katib Syuriyah PCNU Kabupaten Pringsewu KH Munawir mengatakan bahwa jam’iyyah Nahdlatul Ulama didirikan sebagai wadah bagi warga NU untuk beribadah sekaligus menjaga amaliyah Ahlussunnah wal Jamaah. 

Sehingga, kata dia, setiap warga NU memiliki kebebasan untuk memilih posisinya, menjadi warga NU saja ataupun berada pada struktural kepengurusan NU.

"Dalam berkhidmah di NU, semua warga berhak menentukan tempatnya dalam berkhidmah, baik jadi warga NU yang baik maupun menjadi pemimpin di NU," tegasnya, Jumat (23/2) siang di kediamannya di Kecamatan Sukoharjo.

Yang terpenting, menurut Pria yang akrab disapa Gus Nawir ini, adalah niat seseorang yang memilih untuk menjadi pemimpin di NU haruslah benar-benar untuk berkhidmah dan beribadah tanpa embel-embel lainnya apalagi dalam bentuk materi.

"Ketika niatnya murni berkhidmah, maka diposisi apa pun ia berada dalam kepengurusan, maka ia akan menikmati, enjoy, dan senang," ujarnya.

Namun, sebaliknya jika niatan seseorang berada di NU untuk kepentingan sesaat dan sudah jauh menyimpang dari niat berkhidmah, apalagi harapannya tidak tercapai, maka keberkahan tidak akan didapatkannya dan sebaliknya kecewa dan bebanlah yang akan dirasa.

"Jika niatnya sudah menyimpang maka sebaiknya jangan ikut ngurus NU, masih banyak wadah organisasi lain. NU itu mberkahi (bagi yang niatnya bersih), tapi NU juga nguwalati (bagi yang niatnya tidak beraih)," tegasnya.

Ia mengingatkan juga untuk tidak main-main di dan kepada NU karena banyak fakta yang menunjukkan seseorang terkena imbas akibat tidak memiliki niat suci dalam berkhidmah dalam organisasi warisan ulama Indonesia ini.

"Mari sucikan hati ngopeni (mengurus) NU. Insyaallah berkah. Ingat pesan khadrotus syeikh KH Hasyim Asy'ari bahwa Siapa yang mau mengurusi NU, aku anggap sebagai santriku. Siapa yang jadi santriku, maka aku doakan husunul khatimah beserta keluarganya," pungkasnya. (Muhammad Faizin/Abdullah Alawi)