Daerah

Imam Fadlli Jadi Ketua IPNU Kabupaten Lamongan

Senin, 14 Juli 2008 | 15:48 WIB

Lamongan, NU Online
Imam Fadlli terpilih menjadi Ketua Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Lamongan, Jawa Timur. Ia dipercaya memimpin IPNU Lamongan periode 2008-2010 dalam Konferensi Cabang (Konfercab) di Pondok Pesantren Raudlatul Muta’allimin, Datinawong, Babat, akhir pekan lalu.

Fadlli yang merupakan kader Pimpinan Anak Cabang IPNU Paciran didukung 95 suara dari 147 suara yang sah. Ia berhasil mengungguli pesaingnya, Sukirno, yang hanya memperoleh 48 Suara.<>

“Terama kasih kepada rekan-rekan IPNU se-Kabupaten Lamongan yang telah memberikan amanat ini kepada saya, semoga ke depan, IPNU Kabupaten Lamongan bisa lebih baik dan maju,” kata Fadlli usai terpilih, seperti dilaporkan Kontributor NU Online, Munif Anwar.

Menurut dia, IPNU memerlukan pembenahan dan penataan. Dengan begitu, diharapkan dapat lebih berkonsentrasi pada dunia pendidikan dan pelajar.

Konferensi yang digelar bersamaan dengan Konfercab Ikatan Pelajar Putri NU Kabupaten Lamongan itu juga memilih Nur Aini sebagai ketuanya. Aini didukung sebagian besar peserta Konfercab.

Dalam kesempatan yang sama, PC IPNU dan IPPNU Kabupaten Lamongan mendesak pemerintah menetapkan kebijakan pendidikan jangka panjang berbasis realitas dan memiliki keberlangsungan.

“Mendesak kepada pemerintah (kepala daerah) untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan melakukan pemerataan fasilitas pendidikan, terutama di daerah tertinggal, seperti banyak terjadi di daerah Lamongan bagian selatan,” ujar Fadlli dalam pernyataan tertulis yang dikirim kepada NU Online.

Kedua organisasi itu juga mengecam keras televisi yang mengeksploitasi simbol-simbol agama dalam berbagai tayangan berkedok sinetron religius. Sebab, tayangan itu, pada hakikatnya justru memicu pendangkalan akidah dan keberagaman masyarakat.

“IPNU dan IPPNU Kabupaten Lamongan juga mengecam keras berbagai tayangan televisi yang mengeksploitasi simbol-simbol sekolah (seragam sekolah dan latar belakang cerita) dalam berbagai tayangan yang berbau roman picisan serta jauh dari tujuan dan hakikat pendidikan,” imbuh Fadlli. (rif)