Mojokerto, NU Online
Nahdlatul Ulama telah menjadi ciri khas Islam di Indonesia. Dari masyarakat perkotaan hingga pelosok, dapat dilihat bagaimana corak beragama dan pandangan kenegaraan warga juga bercorak NU. Namun demikian, tidak banyak yang mengenal badan otonom dan lembaga yang ada di jamiyah ini.
Karena itu, mengenalkan eksistensi NU beserta perangkat yang melingkupi juga penting. Sebagaimana dilakukan Pimpinan Ranting (PR) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) di Desa Berakkulon, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
"IPNU dan IPPNU adalah organisasi yang dinaungi oleh Nahdlatul Ulama,” kata Tegar Herlambang, Ahad (29/12).
Menurut Ketua PR IPNU Desa Berakkulon ini, keberadaan IPNU maupun IPPNU sebagai wadah penyaluran minat dan bakat bagi para pemuda dan pemudi agar mampu mengamalkan Ahlussunah wal-Jama’ah.
“Juga menjadi generasi emas ke depannya," ucapnya Tegar Herlambang, Ketua IPNU Desa Beratkulon.
Pengenalan keberadaan salah satu badan otonom NU tersebut dilakukan di Mushala Al-Ibrahim Dusun Berat Selatan. Kegiatan diikuti sejumlah pemuda-pemudi desa setempat mulai dari pelajar sekolah pertama sampai sekolah menengah atas.
Menurutnya, PR IPNU-IPPNU Desa Beratkulon mengadakan pengenalan tentang apa itu IPNU-IPPNU di sejumlah dusun yang ada di Desa Beratkulon. Hal tersebut dilakukan agar eksistensinya dapat dikenali oleh pemuda-pemudi sekitar.
Bagaimana saat sosialisasi ini dilakukan? Benar saja, peserta tidak sedikit yang belum mengenal IPNU-IPPNU. Namun, beruntung, hal tersebut dapat ditutupi dengan antusias peserta yang demikian tinggi. Semangat mereka demikian menyala untuk berkhidmah di jamiyah lewat badan otonom tersebut.
Salah seorang peserta, Anas mengatakan bahwa ingin bergabung di IPNU karena kegiatannya yang begitu asik serta mampu mengembangkan bakat diri.
“Dengan adanya sosialisasi seperti ini, diharapkan pemuda-pemudi khususnya Desa Beratkulon mampu berkiprah di dalam IPNU-IPPNU dan menjadi benteng Nahdlatul Ulama,” harap Tegar Herlambang.
Editor: Ibnu Nawawi