Liwa, NU Online
Sebagai salah satu makhluk Allah SWT yang paling sempurna, manusia dianugerahi akal dan nafsu untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan diri dari ancaman. Allah memberikan hak istimewa pada manusia untuk menentukan hidup berdasarkan keinginannya. Namun Allah juga memberikan batasan-batasan tertentu agar manusia tetap berjalan pada koridor kewajaran sebagai seorang makhluk.
Berperan sebagai makhluk yang sempurna, kadangkala membuat manusia rela melakukan kegiatan apapun untuk menjadi kaya raya. Tidak sedikit manusia yang menghabiskan hampir 24 jam dalam sehari hanya untuk bekerja. Hingga ia lupa bahwa rezeki, jodoh, dan maut merupakan hal yang tidak dapat diprediksi. Hanya Allah SWT yang mengetahui dan menentukannya.
“Rezeki, jodoh, dan maut merupakan hak prerogatif Allah,” ungkap Gus Harir, Kiai muda NU yang juga pengasuh Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu Al-Hikmah Kecamatan Bandar Negeri Suoh, Lampung Barat, Jumat (15/1).
Menurutnya, seringkali Allah memberikan materi kepada manusia tanpa memandang seberapa besar pekerjaan yang telah dilakukan. Hal inilah yang mengisyaratkan manusia agar seimbang antara dunia dan akhirat dalam melakukan pekerjaan.
Secara hakikat, rezeki manusia sudah ditentukan dan dijamin oleh Allah. Namun untuk mendapatkan rezeki, manusia tak cukup hanya berpangku tangan. Manusia harus tetap bekerja meskipun hanya Allah yang dapat menentukan kadar rezeki yang diberikan.
“Kunci mencari rezeki itu ada tiga, ikhtiar, pasrah, dan berdoa,” tuturnya kepada NU Online.
Manusia diberikan kebebasan dalam menentukan pekerjaan. Dalam QS Al-Jumuah ayat 10 Allah juga mengisyaratkan untuk bekerja dan mengambil karunia Allah yang ada di muka bumi. Akan tetapi pekerjaan yang menyita hampir seluruh waktu manusia, tidak menjamin limpahan harta dan kekayaan. Terlebih jika niat bekerja buka karena Allah.
“Kerja berlebihan itu dapat mengurangi keberkahan,” sambung alumni Pondok Pesantren Al-Hidayat Kalisari, Lampung Tengah ini.
Bekerja terlampau keras dapat mengurangi keberkahan rezeki. Manusia akan merasa tidak puas jika rezeki yang diberikan Allah tidak sebanding dengan kerja kerasnya. “Diberi beras 1 kintal kurang, diberi 3 kuintal kurang, bahkan jika Allah memberinya 1 ton beras maka manusia akan merasa kurang,” lanjutnya.
Bekerja dengan niat karena Allah akan menghasilkan rezeki yang berkah. Rezeki yang berkah tidak serta merta didapatkan dengan waktu kerja yang berlebih. Sebab hanya Allah yang dapat menentukan kualitas dan kuantitas rezeki manusia. Sehingga manusia harus seimbang antara hablun minannas dan hablun minallah.
Kontributor: M Ulil Hidayat
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua