Makassar, NU Online
Pondok Pesantren An Nahdlah Makassar memperingati haul ke-3 Anregurutta KH Muh. Harisah bin Abduh Shafa, Jum'at (20/5) yang dipusatkan di Masjid Nurul Ihsan Makassar.
Zamawi Imron dalam tausiahnya menyatakan KH Muh Harisah dalam kacamata seni merupakan misteri keindahan yang tak akan ada habis-habisnya. Tentunya ia menjadi cahaya kerinduan bagi semua santri-santrinya sampai pada masa padang mahsyar. Kelak di akhirat semua santrinya akan bersama-sama Anregurutta saling berpegangan tangan menuju syafaat Rasululullah Muhammad SAW.
"Beliau adalah pelaksana dari hati yang bersih, tentunya menjadi cahaya bagi seluruh santri-santrinya dan menjadi sesuatu yang hebat yakni cinta kepada beliau".
Bahkan KH Harisah merupakan cerminan dari akhlak Rasulullah, di mana setiap senyumannya mampu memberikan kesejukan, karena pada dasarnya setiap ulama merupakan wujud Nabi Muhammad di muka bumi yang merupakan uswatun hasanah, ujarnya.
"Seandainya ada santri yang tak mampu mengaji kitab kuning, tetapi dia (santri) meniru-niru cara hidupnya, maka hal itu mampu membawanya pada ketakwaan," imbuhnya.
Di sisi lain kematian Anregurutta yang telah banyak mengajarkan kepada santri dan jamaahnya di Makassar tentang bagaimana mencintai tanah air, bangsa dan negara, tepat pada hari ini (20/5) yang merupakan Hari Kebangkitan Nasional..
Tak lupa Zamawi Imron membacakan puisi di hadapan ribuan santri dan jamaah yang berjudul "Ibu".
Sebagai bagian dari haul tersebut, diselenggarakan khataman Al-Qur'an di pemakaman Al Waqiah serta peluncuran buku berjudul Jenggot, Jihad, dan Negara Islam (Memoar Kisah AG. KH. Muh. Harisah AS) merupakan karya dari Ketua Ikatan Alumni Pesantren An Nahdlah Makassar, Firdaus Dahlan. (Andy Muhammad Idris/Mukafi Niam)