Ketika Ketidakikhlasan Bersedekah Dibalas dengan Ridho Allah
Ahad, 6 Januari 2019 | 09:30 WIB
Pringsewu, NU Online
Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim bersabda bahwa Allah SWT itu baik dan tidak mau menerima sesuatu kecuali yang baik. Hal ini memberikan pelajaran kepada setiap diri umat Islam untuk memberikan yang terbaik kepada Allah dan juga kepada sesama manusia. Maka siapa yang memberi sesuatu kepada orang lain semisal bersedekah dengan barang haram maka tidak akan diterima oleh Allah SWT.
Penjelasan ini disampaikan Ketua Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan Ambarawa, Jumangin saat mengisi materi Jihad Pagi (Ngaji Ahad Pagi) yang dilaksanakan di aula gedung PCNU Kabupaten Pringsewu yang beralamatkan di Jalan Lintas Barat Pagelaran Kabupaten Pringsewu, Lampung, Ahad (6/1).
Bersumberkan hadits yang termaktub dalam Kitab Arbain Nawawi ini, Kang Jumangin, begitu ia biasa disapa, mengajak umat Islam untuk memberikan sedekah atau infak berupa barang terbaik yang dimilikinya. Sikap inilah yang membedakan antara orang yang beriman dengan orang munafik.
“Kalau orang beriman dan munafik sangat susah dibedakan melalui amal ibadahnya seperti shalat, membaca Al-Qur’an dan sejenisnya. Namun bisa terlihat bedanya jika terkait ibadah zakat, sedekah atau infak. Orang munafik akan tidak rela memberikan harta dan barangnya yang terbaiknya kepada orang lain,” ungkapnya.
Orang munafikpun ketika memberikan sesuatu kepada orang lain akan muncul sifat riya dan ujub dalam hatinya yang akan menghilangkan pahala dari ibadah tersebut. Yang terbaik adalah bersedekah tidak dengan motif apa pun kecuali ikhlas karena Allah SWT.
“Jadi kalau bersedekah memberi barang kepada orang lain, baik dengan yang ikhlas atau dengan yang tidak ikhlas?,” tanya Kang Jumangin kepada jamaah yang kompak menjawab dengan yang ikhlas.
Namun menurut Kang Jumangin dua-duanya bisa jadi benar. Karena umat Islam diperintahkan bersedekah dengan niat ikhlas dalam bentuk memberikan barang yang paling baik yang dimilikinya sampai terbersit dalam hati tidak ikhlas untuk memberikannya kepada orang lain. Namun karena semua diniatkan karena Allah maka ketidakikhlasan ini berganti dengan mengharapkan ridho dari Allah SWT.
Ia pun mencontohkan, jika ada uang 50 ribu dan 100 ribu rupiah dalam dompet kita saat kotak amal masjid di hari Jumat melintas di depan kita, maka berikanlah yang didalam hati kita paling berat dan tidak ikhlas untuk dimasukkan ke dalam kotak amal tersebut. "Niatkanlah hanya untuk meraih ridho Allah SWT," ajaknya.
Mengharap ridho Allah, menurut salah satu pengajar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Ambarawa ini harus menjadi kunci utama dalam setiap ibadah yang dilakukan. Ia pun mengutip doa Rabiah Adawiyah yang menggambarkan keikhlasan ibadahnya kepada Allah dengan tidak berharap apapun kecuali ridho Allah SWT.
“Ya Ilahi, apabila aku menyembah-Mu karena takut akan siksa neraka-Mu, bakarlah diriku dengan apinya. Bila sujudku pada-Mu karena mendamba surga, tutuplah pintu syurga itu. Namun biIa ibadahku demi Engkau semata, jangan sesekali palingkan wajah-Mu, aku rindu menatap abadinya keindahan-Mu,” pungkasnya. (Muhammad Faizin)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua