Banggai, NU Online
Satuan Koordinasi Cabang Banser Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah menggelar Diklat Terpadu Dasar (DTD) Banser angkatan II. Kegiatan dipusatkan di Pondok Pesantren Darus Salam Kecamatan Toili, Kabupaten Banggai. Selama tiga hari sejak Senin hingga Rabu (23-25/12), 82 peserta menerima sejumlah materi penguatan NU dan keindonesiaan.
Kegiatan ini dihadiri dan dibuka oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor sekaligus Koordinator Wilayah (Korwil) XI Faisal Attamimi, Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Sulawesi Tengah Alamsyah Palenga, instruktur nasional Banser, serta jajaran Pimpinan Cabang GP Ansor Banggai. Sedangkan instruktur kepala pada DTD ini, Ahmad Syafii sekaligus instruktur nasional Satkornas Banser.
"Untuk menjamin kesatuan arah, konsep serta kualitas Diklat, kami menghadirkan instruktur nasional sehingga para peserta dapat langsung dibimbing oleh Satkornas," kata Gazali Akbar, Ketua PC GP Ansor Banggai.
Kegiatan pembukaan dan jalannya Diklat semakin semarak dengan antusiasme warga sekitar pondok pesantren melihat langsung bagaimana calon kader ansor digembleng. Diklat terpadu ini memadukan kurikulum calon kader Ansor sekaligus kader Banser dalam kesatuan kurikulum terpadu termasuk di dalam materi kelas, materi nonkelas, baik indoor maupun outdoor.
Ketua PW GP Ansor Sulawesi Tengah dalam sambutannya menyampaikan bahwa ini adalah Diklat yang ke-32 dilaksanakan di wilayah Sulawesi Tengah.
"Ini adalah Diklat Ansor dan Banser yang ke-32 dilaksanakan dalam hampir 2 tahun terakhir, dan kami masih mempunyai rengiat 6 kali Diklat sampai akhir Januari 2020. Daerah yang siap melaksanakan Diklat tersebut adalah Kota Palu, Sigi, Banggai Kepulauan, Morowali Utara, Morowali dan Parigi Moutong, insyaallah sampai akhir Januari 2020," urai Alamsyah.
Menurutnya, Ansor akan terus melaksanakan Diklat sampai seluruh pemuda Muslim di Sulawesi Tengah menjadi kader Ansor.
“Ini merupakan bentuk komitmen dan cinta kader Ansor kepada tanah air," tegasnya.
Sementara Faisal Attamimi menyampaikan kepada hadirin untuk menjaga dan merawat NU, karena jamaiyah itu adalah benteng pertama dan terakhir Aswaja dan Indonesia.
"Jaga dan rawatlah NU sebagai benteng pertama dan terakhir Aswaja di Indonesia. Diklat Ansor semacam ini adalah bentuk nyata menjaga dan merawat NU. Ansor akan terus eksis karena Ansor dan NU terus memberikan manfaat bagi masyarakat," pesan Faisal.
Bahwa NU lahir dalam semangat kebangsaan dan keislaman Indonesia sehingga citra Indonesia islami dan keislaman indonesiawi itulah yang diajarkan oleh NU, terlebih tradisi budaya masyarakat Sulawesi Tengah sedari dulu bercirikan Islam Aswaja An-Nahdliyah.
Dirinya mengajak segenap kader untuk konsisten dalam ber-NU.
“Mari meraih ridla Allah SWT dan syafaat Nabi Muhammad SAW dengan cara menjadi kader NU yang istiqamah dan bermanfaat bagi masyarakat sebagaimana pesan Hadrattusyekh KH Hasyim Asy’ari,” tutup Faisal.
Peserta DTD berasal dari berbagai kecamatan. Pendidikan berakhir pada Rabu (25/12) dini hari dengan jumlah peserta yang dibaiat berjumlah 87 kader termasuk 3 orang perempuan sebagai kader Detasemen Wanita Banser atau Denwatser.
Kontributor: Imam Kusnin Ahmad
Editor: Ibnu Nawawi