Mojokerto, NU Online
Takbir keliling merupakan budaya turun-temurun yang sampai saat ini masih dijalankan masyarakat luas ketika malam hari raya Idul Fitri seperti yang dilakukan Remaja Masjid (Remas) dan Karang Taruna Tunas Harapan Dusun Pasinan Wetan, Desa Kupang Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Panitia Takbir Keliling tersebut, Khoirul Mustain berpendapat kegiatan itu merupakan ungkapan rasa syukur karena telah selesai menjalankan puasa satu bulan penuh di bulan Ramadhan.
Tradisi itu, kata dia, seharusnya terus dilestarikan karena sebagai ungkapan rasa syukur dan tentunya bisa menjaga kerukunan di masyarakat itu sendiri.
"Sebagai pemuda, kita harus bisa merawat dan melestarikan tradisi. Seiring dengan pergeseran zaman, pemuda saat ini enggan melakukan pawai takbir, melainkan lebih memilih untuk melakukan kegiatan lainnya," ujarnya Sabtu (23/6).
Pawai takbir itu menyedot perhatian masyarakat. Perhatian masyarakat di antaranya pada suguhan simbol bintang sembilan pada dengan balutan hiasan lampu yang mengelilingnya.
"Kami mengusung simbol NU karena kami cinta NU. Sejak masuk bulan Ramadhan rancangan sudah ada, namun setelah pertengahan Ramadhan mulai kita eksekusi," ujar Khafid salah seorang pengurus NU daerah tersebut.
Tidak hanya remaja saja yang mengikuti pawai ini. Masyarakat pun antusias turun ke jalan. Pawai ini bisa berjalan lancar berkat bantuan masyarakat yang mengamankan jalan sehingga tidak sampai terjadi kemacetan di jalan raya. (Nuruddin/Abdullah Alawi)