Daerah

Mantan Rais Syuriyah PWNU Sumbar Wafat

Jumat, 20 Januari 2017 | 08:29 WIB

Pariaman, NU Online
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Rais Syuriyah  Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Barat masa khidmah 1990-1997 H Abdul Razak Tuanku Mudo wafat pada Kamis (19/1) sekitar pukul 17.30 WIB di kediamannya, Kampung Baru, Kecamatan Pariaman Tengah, Kota Pariaman.

Almarhum dikebumikan di pemakaman kaum di kampungnya, Korong Kampung Panyalai, Nagari Lubuk Pandan, Kecamatan 2 X 11 Sicincin, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, usai shalat Jumat (20/1).

Abdul Razak yang akrab disapa Buya Razak ini sejak enam bulan terakhir sudah sulit untuk berdiri. “Beliau merupakan tokoh NU di daerah ini yang selalu istiqamah dengan ke-NU-annya. Kalau boleh disebutkan, darah dan tubuhnya adalah NU. Makanya setiap momen NU di Sumatera Barat, Buya Razak selalu turut aktif,” kata Muhammad Nur, Wakil Ketua PWNU Sumatera Barat di sela-sela pemakaman jenazah Abdul Razak, usai shalat Jumat (20/1/2017).

Selain Rais Syuriah PWNU Sumbar, Razak juga tercatat sebagai Ketua Mustasyar PWNU Sumbar 1998-2003, anggota Badan Musyawarah MUI Sumbar (2001), Ketua Dewan Syuro DPC Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Padang Pariaman (2002-2005),  Anggota Musytasar PW NU Sumbar (2003-2008) dan Ketua Dewan Syuro DPW PKB Sumbar (2005-2006).

Tahun 1958, Razak ditugaskan sebagai sekretaris NU Cabang Pariaman. Mulailah Razak aktif di Cabang NU, seperti mendaftarkan dan memberikan kartu kepada masyarakat yang ingin masuk NU. Ternyata banyak sekali masyarakat masuk NU.

Razak aktif menggerakkan NU dan  magang di Kantor Urusan Agama Padang Pariaman sebagai tenaga sukarela. Kepala Kantor Urusan  Agama Kabupaten Padang Pariaman Azis Sholeh Tuanku Mudo, tokoh NU Sumatera Barat. Razak makin aktif sebagai pegawai KUA Padang Pariaman dengan sukarela.

Tahun 1961 Razak diangkat jadi anggota DPRD Gotong Royong Kabupaten Padang Pariaman mewakili NU. Saat itu NU dapat 2 kursi di DPRD GR. Dulunya NU tidak dapat duduk di DPRD peralihan karena hanya mendapatkan suara di Padang Pariaman sekitar 352 suara.

Tahun 1959-1963, NU berkembangan dengan baik di Padang Pariaman. Tapi perjuangan makin berat. Karena tahun 1958 – 1959, bupati dipegang oleh NU yaitu Naazim Sutan Syarif. Pada pertengahan 1959, digantikan Syamsu Anwar orang PKI. Tahun 1961 Syamsu Anwar  meninggal dunia, diganti dengan  Kapten J.B. Adam, seorang militer.

Masa kecil Razak diserahkan orang tuanya ke pondok pesantren Februari 1945. Setelah kemerdekaan  Indonesia 17 Agustus 1945, santri yang ada di pondok pesantren ikut aktif  dalam perjuangan pergerakan menghadapi agresi bangsa Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Di pondok pesantren  Razak belajar kitab, lahir pula cabang Partai Muslimin Syathariyah Indonesia yang lebih dikenal dengan Pemsyi  dipimpin Pimpinan Pondok yakni Tuanku Panjang di Ujung Gunung Sungai Sarik. Karena Razak dianggap cukup cerdas diantara santri yang ada, Razak ditunjuk sebagai setia Usaha Partai tersebut.

Selain belajar kitab, Razak juga disibukkan dengan mencatat dan mengolah administrasi Partai Muslimin Syatariyah Indonesia (Pemsyi) yang berpusat di Ulakan Pariaman. Pemsyi diketuai  Tuanku Mudo Lutan dengan Sekretaris Jenderal  Sidi Zakaria SA asal Sungai Sariak VII Koto.  (Armaidi Tanjung/Mahbib)