Subang, NU Online
Upaya meningkatkan imunitas sangat penting terus dilakukan agar kesehatan tubuh tetap terjaga. Apalagi dalam situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang ini yang mengharuskan imun tubuh manusia selalu kuat.
Pengasuh Pesantren Al-Mizan Majalengka, Jawa Barat, H Maman Imanulhaq mengatakan, memperkuat imunitas tubuh ditemui di tengah masyarakat dengan beragam cara. Salah satunya dengan cara menciptakan kebahagiaan dan meneguhkan keyakinan bahwa segala penyakit terdapat obat penawarnya.
"Cara orang hari ini untuk menguatkan imunitas diri adalah pertama membuat kegembiraan dan yang kedua adalah mengokohkan kembali keyakinan bahwa segala penyakit akan disembuhkan oleh Allah," ungkapnya usai mengisi materi dalam Diseminasi Pembatalan Pemberangkatan Ibadah Haji Tahun 2020 di Hotel Nalendra Plaza Subang, Jumat (6/11).
Ia menambahkan, di antara jalur untuk menempuh kedua hal tersebut adalah dengan cara membaca shalawat dan shalawat yang saat ini sering dibaca oleh masyarakat adalah shalawat Tibbil Qulub dan shalawat atau syair Li Khamsatun. Bahkan dirinya mengaku sudah membuat nazaman terjemah syair Li Khamsatun untuk mempermudah menghafal sekaligus memahami makna dari syair tersebut.
Syair Li Khamsatun sendiri dikenal sebagai ijazah doa dari Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari yang memiliki faedah menyelamatkan manusia dari wabah. "Shalawat Li Khamsatun ini masuk dalam Majmu`atul Ahzab tarekat syadziliyah dan naqsabandiyah,"ujarnya
Dikatakan Kiai Maman, shalawat Li Khamsatun ini walaupun secara teks terhitung singkat, tetapi di balik teks tersebut tersimpan makna yang sangat dalam sehingga ia terinspirasi untuk menerjemahkan dan menazamkannya.
"Maka saya termotivasi untuk menerjemahkannya dalam bait-bait syair," tambah penulis buku Fatwa dan Canda Gus Dur ini.
Selain itu, kata dia, banyak orang yang membaca shalawat Li Khamsatun, tapi tidak banyak yang tahu arti dan maknanya sehingga diharapkan dengan diterjemahkannya shalawat ini bisa memberikan inspirasi kepada masyarakat.
"Bahwa lima sosok figur itu betul-betul membawa inspirasi kepada kita tentang pentingnya cinta, tentang pentingnya cahaya," tambahnya.
Diceritakan Kiai Maman, shalawat Li Khamsatun ini sudah menjadi bacaan wajib bagi santri Al-Mizan dan untuk nazaman terjemahnya biasa dibacakan oleh para santri menjelang datangnya waktu shalat atau dalam istilah Sunda disebut dengan pupujian.
"Li Khamsatun dibaca santri Al-Mizan tiap ba`da shalat apalagi kalau ba`da Jumat dibaca sembilan kali berturut-turut," ujar anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) ini.
Berikut ini adalah nazaman terjemah shalawat Li Khamsatun karya Kiai Maman Imanulhaq:
Li Khamsatun utfi biha
Harol wabaa il Hatimah
Al-Musthofa wal Murtadlo
Wabnahuma wa Fatimah
Saat terjadi bencana
Kita punya lima jiwa
Yang menuntun hidup ini
Dengan cahaya dan cinta
Al-Musthofa Nabi kita
Muhammad kekasih mulia
Al-Murtadlo singa Allah
Ali samuderanya hikmah
Hasan Husen cucu Rasul
Figur sholeh dan berani
Fatimah Zahra putri Nabi
Bidadari surgawi
Ya Allah biha ya Allah biha
Ya Allah bihusnil khatimah
Kontributor: Aiz Luthfi
Editor: Syamsul Arifin