Semarang, NU Online
Perbedaan dari seluruh elemen organisasi dalam Nahdlatul Ulama secara teknis memang menjadi persoalan yang harus dipecahkan. Namun demikian, perbedaan pilihan organisasi tersebut jangan melalaikan tujuan pendirian jamiyah sebagaimana pesan KH M Hasyim Asy'ari.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Hudallah Ridwan. Gus Huda, sapaan akrabnya menyampaikan saat menanggapi perbincangan Ngopi Santai bersama Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Jawa Tengah.
Kegiatan juga kerja sama dengan Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Jawa Tengah. Acara dipusatkan di Cafe Tali Jagad, kompleks PWNU Jawa Tengah, Jalan dr. Cipto 180 Kota Semarang, Kamis (18/7).
Gus Huda menegaskan bahwa pendiri NU, KH M Hasyim Asy’ari menjamin orang yang bersedia merawat NU, bukan menjadi pengurus NU. Hal ini ditegaskannya bahwa wilayah gerakan pergerakan NU berada di akar rumput, yakni merawat nahdliyin atau warga NU.
"Yang dijamin Hadratussyekh itu bukan berarti harus menjadi pengurus NU, tapi yang mau mengurus NU," tegasnya.
Lebih lanjut Gus Huda menegaskan bahwa perbedaan tersebut harus berakar pada satu kesadaran, yakni merawat NU. "Siapa pun kalian, adalah murid Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari. Kita adalah Nahdlatul Ulama," tegasnya.
Penegasan senada disampaikan Ketua PWNU Jateng, KH Mohammad Muzammil. Ia menyatakan bahwa perbedaan harus disikapi dengan kesadaran tentang NU sebagaimana tali jagad dalam lambang NU.
"Semuanya kader NU dan sudah semestinya bergerak bersama dalam koridor NU," tegasnya.
Untuk diketahui, selama ini keberadaan Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) IPNU IPPNU disebut membantu peran PMII dan KMNU dalam menjadi benteng akidah mahasiswa dari paham radikal.
Meski demikian perdebatan muncul lantaran posisi IPNU dan IPPNU sebagai badan otonom (Banom) NU yang berbasis pelajar. Artinya leading sector berada di sekolah, terutama sekolah yang berada di bawah Lembaga Pendidikan Ma'arif NU. Sementara PMII sebagai organisasi berhaluan NU yang berbasis mahasiswa, dan di sisi lain, KMNU muncul sebagai organisasi baru. Hal ini secara praksisnya di perguruan tinggi menjadi dilema tersendiri, seperti berebut kader.
Ketua PW IPPNU Jateng, Sri Nur Ainingsih menyatakan pentingnya menjalankan organisasi yang efektif. "Menjalankan organisasi secara efektif menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua sebagai kader NU dalam menjalankan organisasi," katanya.
Ia menjelaskan, PW IPPNU Jateng mengutamakan kerja sama atau bersinergi dengan PMII, KMNU dalam mengembangkan organisasi. Karenanya, dirinya berharap kader NU yang tersebar di berbagai organisasi tersebut dapat berkomunikasi dengan baik.
“Sehingga mengerti waktunya untuk memperdebatkan persamaan segmentasi kader, dan bergerak bersama dalam memperjuangkan NU,” pungkasnya. (A Rifqi H/Ibnu Nawawi)