Pringsewu, NU Online
Di antara cara untuk menghancurkan dan memusnahkan sebuah bangsa atau peradaban adalah dengan mengaburkan sejarahnya. Hal ini bisa dilakukan dengan menghancurkan bukti-bukti sejarah bangsa tersebut sehingga tidak bisa lagi diteliti dan dibuktikan kebenarannya.
Dengan cara ini maka akan terputuslah hubungan antargenerasi dengan leluhurnya ditambah dengan membuat narasi bahwa leluhur mereka adalah bodoh, jahiliyah, ataupun primitif.
Hal ini diungkapkan Pengurus Lembaga Seni Budaya Muslimin Nahdlatul Ulama yang juga ahli dan pengamat keris Kabupaten Pringsewu, Lampung saat memaparkan materi pada Seminar dan Pameran Keris di Gedung NU Kabupaten Pringsewu, Sabtu (17/10).
Ardi menyebut bahwa budaya merupakan elemen penting yang menunjukkan karakter dan kepribadian luhur sebuah bangsa. Dan keris menurut Pengurus Divisi Edukasi dan Pengembangan Budaya Lesbumi NU ini mampu menjadi sarana untuk menggambarkan sejarah dan budaya luhur nusantara.
Di masyarakat saat ini, keris banyak dilihat dari sisi mistiknya saja. Namun menurutnya, keris harus dilihat secara keseluruhan yang lebih dari hanya sekadar mistik, di antaranya sebagai seni, edukasi, dan juga ekonomi.
"Belajar tentang keris secara otomatis kita juga belajar banyak ilmu di antaranya belajar tentang sejarah, seni, metalurgi (logam), filsafat, bahasa, ekonomi, pranata sosial, sikap hidup, tata irama, tradisi, dan budaya," jelasnya.
Pengurus Lesbumi NU Pringsewu menunjukkan keris yang biasa dimiliki para leluhur bangsa Indonesia pada Seminar dan Pameran Keris
Ardi mengajak seluruh elemen bangsa untuk mempertahankan budaya melalui seni Keris yang sudah disahkan sebagai karya agung warisan kemanusiaan milik seluruh bangsa di dunia oleh UNESCO sebagai Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Dunia telah mengakui keberadaan keris Indonesia sekaligus mendapat penghargaan dunia sejak 25 November 2005," kata Ardi pada acara bertema Merawat Budaya Meruwat Sengkala.
Para Wali Pun Memiliki Keris
Sementara Ketua Lesbumi NU Pringsewu Gunis Sukoco mengatakan bahwa para wali dan ulama di Indonesia pun banyak yang menjaga seni budaya keris dengan koleksinya masing-masing. Ini menunjukkan bahwa para ulama mencintai budaya Nusantara.
"Wali Songo punya keris, para ulama sepuh punya keris, Pangeran Diponegoro juga punya keris," ungkapnya.
Sehingga Lesbumi Pringsewu, lanjutnya menilai penting untuk menggelar seminar dan pameran tersebut sebagai upaya memberikan edukasi dan memberi kontribusi pada masyarakat agar memiliki pemahaman yang menyeluruh terhadap keris.
"Banyak yang belum tahu secara menyeluruh sehingga menilai negatif terhadap budaya luhur Nusantara ini. Banyak yang senang karena mengkultuskan keris, ada juga banyak yang benci karena dinilai syirik. Pemahaman seperti ini yang harus diluruskan," tegasnya.
Warga NU menurutnya harus benar-benar mampu menerapkan prinsip Al Muhafadzatu alal qadimis shalih, wal akhdu bil jadidil ashlah (mempertahankan hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik).
Jadi, budaya bisa dijadikan infrastruktur dalam beragama agar setiap orang memiliki jati diri yang sesuai dengan agama. "Hidup dengan seni indah, Hidup dengan agama terarah, Agama tanpa budaya akan kaku, Budaya tanpa agama dipastikan sesat," pungkasnya
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin