Daerah

Telur Asin, Inspirasi Kemandirian Ekonomi untuk Santri

Kamis, 26 Mei 2016 | 13:50 WIB

Way Kanan, NU Online 
Selain aktif mengisi kelas kreatif, Manager Pesantren Kilat  Bimbingan Belajar Pasca Ujian Nasional (Sanlat BPUN) 2016 Way Kanan, Lampung Gatot Arifianto juga berbagi ilmu cara membuat telur asin kepada para santri Asshidhiqiah 11 dan peserta BPUN 2016 Way Kanan. Tak hanya teori, Gatot juga turun tangan langsung memberikan contoh bagaimana cara membuat telur asin.

Bertahan dengan ciri khasnya, Ketua PC GP Ansor Way Kanan itu selalu memberi kata-kata pancingan untuk tiap judul bahasan. Seperti pada Kamis, (26/5), di Labuhan Jaya, Gunung Labuhan, Gatot mengambil contoh buah pisang.

"Kenapa pisang goreng dan pisang molen harganya beda padahal sama-sama pisang goreng? Sesuatu yang sudah diolah, tampilan menarik dan rasa lebih enak pasti akan lebih berharga," ujar penggiat Gusdurian Lampung itu.

Gatot berharap kelas kali ini bisa berlanjut dan bisa diaplikasikan kedepannya. Ia juga memaparkan keuntungan yang akan diperoleh dari hasil penjualan telur asin dengan bahan baku telur bebek sehubungan dirinya pernah menekuni usaha tersebut.

Sebenarnya, banyak warga pesantren yang tak begitu suka memakan telur asin. Tapi ketika dijelaskan keuntungan penjualan dari telur asin dan manfaatnya, tak jarang yang setuju jika mereka diminta membuat telur asin untuk dijual. Nidzom salah satu contohnya, ia adalah salah satu ustad yang aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diisi Gatot Arifianto.

"Saya berharap para santri bisa membaca peluang dan menindaklanjuti pembuatan telur asin ke depannya. Kami senang sekali para santri diajarkan banyak hal untuk kemandirian dengan adanya penyelenggaraan BPUN di pesantren ini," ujar Umi Muniroh, istri pengasuh Pesantren Asshiddiqiyah 11, Kiai Imam Murtadlo Sayuthi menambahkan. (Anisa Yuliani/Zakiroh Mutawakkil/Mukafi Niam)