Daerah

Tradisi Pawai Maulid Nabi di Tegal, Ada Pawai Kubu Kebaikan dan Kejahatan

Kamis, 28 September 2023 | 17:00 WIB

Tradisi Pawai Maulid Nabi di Tegal, Ada Pawai Kubu Kebaikan dan Kejahatan

Pawai dalam rangka maulid Nabi Muhammad saw di Desa Bumijawa, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah pada Rabu (27/9/2023) malam. (Foto: Ansor Bumijawa)

Tegal, NU Online

Dinginnya udara malam di kaki Gunung Slamet tidak menyurutkan antusiasme masyarakat untuk menyaksikan pawai peringatan maulid Nabi Muhammad saw 1445 H di Desa Bumijawa, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah pada Rabu (27/9/2023) malam.


Ribuan orang tumpah ruah di Jalan Raya Bumijawa. Jalanan yang biasanya hanya dilalui oleh beberapa kendaraan saja di malam hari, kini kanan dan kiri jalan pun penuh dengan sesak, dari mulai anak-anak hingga orang dewasa tidak mau ketinggalan menyaksikan pawai yang rutin dilakukan setiap tahunnya.


Tradisi ini sudah menjadi agenda rutin di Desa Bumijawa sejak zaman dahulu. Tidak seperti pawai pada umumnya yang hanya menampilkan arak-arakan barisan peserta saja, pawai di Desa Bumijawa menampilkan arak-arakan berbagai replika, mulai dari tokoh-tokoh Islam, masjid, Al-Qur'an, hewan, dan lain sebagainya.


Seperti tahun-tahun sebelumnya, ada dua buah kubu pawai, yaitu kubu "kebaikan" dan kubu "kejahatan/ keburukan". Kubu kebaikan diisi dengan replika yang menggambarkan kebaikan seperti masjid, tokoh-tokoh Islam, Ababil, Buraq, patung kyai ukuran besar, hadrah, tarian sufi, dan lain sebagainya. Sementara untuk kubu kejahatan diisi dengan replika yang menggambarkan kejahatan seperti syaitan, jin, atau hal-hal yang mengganggu umat Muslim.


Kegiatan pawai Maulid Nabi Muhammad 12 Rabiul Awal 1445 H diikuti oleh setiap Rukun Tangga (RT) di Desa Bumijawa dan beberapa tetangga desa. Nantinya penampilan tersebut akan dinilai oleh dewan juri. Untuk rute pawainya yaitu Lapangan Bumijawa-Pasar Talang-Sulaku Bumijawa Park-Kantor Kecamatan Bumijawa-kembali ke lapangan Bumijawa.

 

Selain arak-arakan replika, pada pawai tersebut juga diarak bende (sejenis gong kecil) milik tokoh pendiri Bumijawa yaitu Mbah Camuluk atau Mbah Sunan Mayakerti. Sebelumnya pada tanggal 11 Rabiul Awal bende tersebut dijamas (dimandikan) di sumber mata air bernama Tuk Jimat atau Tuk Bulakan. Tradisi tersebut dikenal dengan nama Tradisi Jamasan Bende Camuluk.


Tuk jimat

Tuk Jimat dikenal juga dengan nama Sumber Mata Air Bulakan, terletak di Desa Bumijawa, Kabupaten Tegal. Di Tuk Jimat terdapat bangunan Belanda menaunginya, sebagai bukti bahwa Belanda juga dulu memanfaatkan sumber mata air tersebut. Nah, seperti halnya dataran tinggi lainnya, vegetasi pohon di sekeliling Tuk Jimat juga lebat.


Tuk Jimat erat kaitannya dengan Sunan Mayakerti, dikenal juga dengan nama Mbah Camuluk, Mbah Mayakerti. Ia berasal dari Cirebon dan masih memiliki kekerabatan dengan Sunan Gunung Jati, lalu datang ke Bumijawa untuk menyebarkan Islam. Sunan Mayakerti juga masih memiliki kaitan dengan Pendiri Tegal, Ki Gede Sebayu.


Jadi Ki Gede Sebayu hijrah dari Pajang ke Tegal tidak seorang diri, ia juga ditemani sahabatnya. Sahabatnya inilah yang membantu Ki Gede Sebayu dalam mengatur perairan yang ada di Tegal, diantaranya Mbah Jigja ditugaskan untuk mengatur perairan di daerah yang sekarang bernama Desa Jejeg, Mbah Mayakerti ditugaskan untuk mengatur perairan di daerah yang sekarang bernama Desa Bumijawa.


Diceritakan saat itu Bumijawa masih mengandalkan pertanian dari air hujan, sementara itu sedang musim kemarau. Mbah Mayakerti sedang mencari kayu, ketika sedang mencari kayu itulah ia melihat Burung Kuntul atau Burung Bangau terbang mengitari sebuah tempat. Mbah Mayakerti paham bahwa hal tersebut merupakan sebuah tanda bahwa di tempat tersebut terdapat air.


Lalu Mbah Mayakerti menghampiri tempat yang dikitari oleh Burung Bangau, sesampainya di tempat tersebut ia melihat Burung Bangau itu sedang mematuk sebuah benda di atas tanah, lalu bangau itu terbang. Setelah lebih dekat ternyata benda tersebut adalah kenong atau bende, lalu benda tersebut diangkat, dan munculah sumber mata air yang deras dan bersih. Itulah cerita yang hampir semua masyarakat Bumijawa pasti mengetahui cerita tersebut.


Kejadian tersebut terjadi tanggal 11 Rabiul Awal. Sehingga, setiap tanggal 11 Rabiul Awal masyarakat Desa Bumijawa menggelar Tradisi Jamasan, mencuci senjata pusaka milik Sunan Mayakerti, diantaranya kenong atau bende itu tadi. Malam harinya dilanjut dengan arak-arakan atau pawai, sekaligus memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad saw. Tradisi tersebut rutin dilakukan setiap tahunnya.


Tuk Jimat terus mengalir hingga sekarang, tidak pernah kering sekalipun itu musim kemarau. Airnya yang segar dan bersih terus mengalir dan memberikan kebermanfaatan bukan hanya kepada masyarakat Bumijawa, tetapi kepada masyarakat daerah lain.