Kota Banjar, NU Online
Warga nahdliyyin dewasa ini mempunyai tantangan yang cukup berat, khususnya terkait dengan melubernya ujaran kebencian. Sebab, amaliah warga NU tak jarang menjadi sasaran bidik ujaran kebencian. Hal tersebut disampaikan oleh Ahmad Muntaha Al-Bari Musta'in, saat menjadi narasumber dalam Halaqoh Kebangsaan, dengan membedah buku Fikih Kebangsaan, Merajut Kebersamaan di Tengah Kebhinekaan di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar, Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat, Ahad (23/9).
"Ujaran kebencian dan tindakan yang tidak bertanggung jawab menjadi tantangan terkini," ungkapnya di depan ribuan hadirin dalam acara tersebut,
Editor buku tersebut berharap agar terbitnya buku yang disusun oleh Tim Bahtsul Masail Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) itu dapat menjadi resep dan jalan keluar dari permasalahan kehidupan berbangsa dan benegara.
"Buku Fiqih Kebangsaan ini hadir untuk menjawab sebagian permasalahan dalam berkehidupan Berbangsa," lanjutnya.
Di bagian lain ia menjelaskan bahwa salah satu gerakan yang melandasi perlawanan terhadap penjajah guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah Resolusi Jihad, yang digemakan oleh Hadratusyaikh Hasyim Asy'ari.
Namun, seiring berjalannya muncul anggapan dari kelompok tertentu bahwa Indonesia disebut toghut. Padahal sudah menjadi konsensus bersama bahwa Indonesia bukan negara Islam tapi negara yang warganya beragama.
“Dasar negara kita sudah sesuai dengan Islam jika dibedah secara mendalam. Sehingga tidak perlu lagi repot dan berjuang untuk mendirikan negara baru,” tegasnya. (Wahyu Akanam/Aryudi AR).
Terpopuler
1
Gus Baha Jelaskan Alasan Mukjizat Nabi Muhammad Tak Seperti Nabi Sebelumnya
2
Khutbah Jumat: Keistimewaan Umat Nabi Muhammad
3
Harlah Ke-95, LP Ma’arif NU akan Wujudkan Visi Pendidikan Bereputasi Internasional
4
Khutbah Jumat: Meraih Berkah dan Syafaat dengan Shalawat
5
Khutbah Jumat: Rabiul Awal, Maulid, dan Keutamaan Membaca Shalawat
6
Kemenag Umumkan Hasil Seleksi Administrasi CPNS 2024 Malam Ini, Berikut Cara Ceknya
Terkini
Lihat Semua