berjudul Geneologi Tasawuf Transformatif: Studi Multikasus di Majelis Maiyah Ainun Nadjib dan Majlis Dzikir Manaqib Syech Abdul Qodir Jailani Kyai Muzakki Syah juga menemukan, kegiatan berupa pembacaan dzikir dan penyampaian hikmah. Kegiatan ini dilaksanakan setiap malam Jumat terutama malam Jumat Legi. Kegiatan ini kemudian dipopulerkan oleh KH Muzakki Syah melalui kegiatan Dzikir Manaqib.
Kiai Muzakki juga memberikan arahan kepada para jamaah, jika para jamaah ingin mendapat cinta Allah maka dia harus mengamalkan dzikiran, "Bil barakati, wal karamati Sulthonul Auliya’ Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, bi syafa’ati Nabiyyina Muhammadin Saw, bibidznillahi wa Ridlollah ya Allah, ya Allah innaka ‘ala kulli syay’in qadir."
Artinya: Dengan sebab barakah dan karamah rajanya para wali Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, dengan sebab syafaat Nabi Muhammad Saw, dan dengan sebab izin dan ridha Allah yang Maha Menguasai segala sesuatu. Dzikir Ini merupakan kalimat langsung dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang konon datang langsung ketika Kiai Muzakki ber-tahannus atau bertapa di Gua Payuddan.
Selain berdzikir penuh kekhusyukan, hal yang sangat perlu dilakukan oleh jamaah menurut Kiai Muzakki adalah menyinergikan antara nilai ketauhidan dengan rasa kemanusiaan. Selain harus bertawakkal kepada Allah, Kiai Muzakki mengarahkan para jamaah untuk mempunyai sikap kasih sayang kepada sesama ciptaan-Nya.
Dzikir mampu membuat hati seorang hamba semakin kokoh dan condong kepada Allah. Namun, seorang hamba tersebut perlu untuk memurnikan niat dan tujuan mengingat-Nya dan mengenal Allah sebaik-baiknya. Dengan kedekatan itu muncullah nilai tauhid dalam aplikasi bertawakkal, bahwa segala urusan yang akan dan telah terjadi adalah milik-Nya. Fokus pada nilai tauhid ini harus dibarengi dengan nilai humanis, sebab ia harus menyadari tentang realitas kehidupan dunia di depan matanya.
Setelah mampu menumbuhkan rasa humanisnya, seorang hamba juga harus menyertai nilai-nilai tersebut dengan nilai cinta. Cinta yang dimaksud adalah rasa tulus yang ditumbuhkan dalam hatinya. Seorang hamba harus meyakini bahwa apa yang ia lakukan semata sebagai wujud cinta kepada Allah, dan hanya mengharap balasan cinta dari-Nya. Tidak dari mana pun.
Jika sudah tumbuh ketiga nilai itu, dan mampu menyelaraskan maka kehidupan seorang hamba akan terasa seimbang dan hari-harinya akan selalu diwarnai rasa cinta. Jika rasa cinta akan ketulusan ini sudah terbangun dengan ajeg maka akan sulit melihat apapun dengan pandangan kebencian.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua