Ajie Najmuddin
Kontributor
Kota Solo dan Malang tak bisa dilepaskan dari sejarah awal berdirinya IPPNU. Sekitar tahun 1954, di kediaman Nyai Masyhud (ibu dari Nyai Mahmudah Mawardi, ketua umum PP Muslimat NU 1952-1979, dan nenek dari Farida Mawardi, ketua umum PP IPPNU periode 1963-1966) yang terletak di bilangan Keprabon Surakarta, berawal dari perbincangan ringan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di PGA Surakarta.
Mereka mencoba merespons keputusan Muktamar NU ke-20 di Surabaya tentang perlunya organisasi pelajar putri. Diskusi-diskusi ringan dilakukan oleh Umroh Machfudzoh, Atikah Murtadlo, Lathifah Hasyim, Romlah, dan Basyiroh Soimuri. Dengan panduan Ketua Fatayat Cabang Surakarta, Nihayah (yang di kemudian hari menjadi istri Rais Aam NU, KH Ahmad Siddiq), mereka berbicara tentang pentingnya organisasi pelajar putri dalam tubuh organisasi NU.
Obrolan ringan yang biasanya dilakukan seputar waktu senggang setelah sekolah itu akhirnya berkembang menjadi sebuah gagasan kemungkinan pengiriman pelajar putri NU mendampingi pelajar-pelajar putra yang memang pada awal tahun 1955 sedang mempersiapkan Muktamar I IPNU yang akan diadakan di Malang, Jawa Timur.
Gagasan ini menjadi semakin matang dengan diusulkannya pembentukan sebuah tim kecil oleh Mustahal Ahmad, ketua IPNU cabang Surakarta saat itu, yang juga secara rajin memantau perkembangan gagasan nahdliyyat muda tersebut untuk membuat draf resolusi pendirian IPNU Putri. Seperti yang disampaikan Umroh Mahfudhoh dan dikutip Caswiyono, dkk dalam buku Biografi KH Tolchah Mansoer (2009).
“Dulu saya kos di rumah Pak Mustahal Ahmad (putra Kiai Masyhud) Solo. Pada saat itu, Pak Mustahal-lah yang mendukung berdirinya organisasi pelajar putri. Dia selalu menyemangati kami agar mampu secara mandiri mendirikan organisasi,” terang Umroh.
Tim yang diketuai Nihayah dan sekretaris Atikah Murtadlo ini lalu menyusun draf resolusi di kediaman Haji Alwi di daerah Sememen, Kauman, Surakarta dan memutuskan untuk memberitahukan adanya rencana resolusi tersebut kepada PP IPNU yang berkedudukan di Yogyakarta. Tim juga menetapkan dua orang anggotanya yaitu Umroh Machfudzoh dan Lathifah Hasyim sebagai utusan untuk menemui PP IPNU di Yogyakarta.
Lahirnya IPPNU
Selanjutnya utusan tersebut berangkat ke Yogyakarta dan diterima langsung oleh Ketua Umum PP IPNU, M. Tolchah Mansoer. Dalam pertemuannya, Umroh menyampaikan permintaan tim resolusi IPNU Putri agar PP IPNU dapat menyertakan cabang-cabang yang memiliki pelajar-pelajar putri untuk menjadi peserta/wakil putri pada Kongres I IPNU di Malang.
Dalam Kongres di Malang, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Februari-5 Maret 1955, ternyata keberadaan IPNU putri masih diperdebatkan secara alot. Rencana semula yang menyatakan bahwa keberadaan IPNU putri secara administratif menjadi departemen dalam organisasi IPNU. Namun, hasil pembicaraan dengan pengurus PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusivitas IPNU hanya untuk pelajar putra.
Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, peserta putri yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Jombang dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni PB Ma’arif (KH Syukri Ghozali) dan PP Muslimat (Mahmudah Mawardi).
Dari pembicaraan tersebut menghasilkan keputusan yakni IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dari IPNU. Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabang selanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu Umroh Mahfudhoh, Wakil Ketua Basyiroh Shoimuri, dan sekretaris Syamsiyah Mutholib.
Meski masih bernama Dewan Harian, bukan Pimpinan Pusat, namun dari sinilah embrio IPPNU terbentuk. Maka, sejak tanggal 2 Maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H, yang kemudian diperingati sebagai hari kelahirannya, organisasi pelajar putri NU itu resmi berdiri.
Sepuluh bulan kemudian, setelah pembentukan Dewan Harian, diadakan Konferensi Besar (Konbes) I yang diselenggarakan di Kota Solo tahun 1956. Di Konbes I (yang kemudian disebut sebagai Kongres I IPPNU) terbentuk kepengurusan Pimpinan Pusat IPPNU dan pusat organisasi. Sebagai Ketua PP IPPNU pertama, terpilih Basyiroh Shoimuri, sedangkan untuk pusat organisasi berkedudukan di Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Penulis: Ajie Najmuddin
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua