Oleh H. Khumaini Rosadi
Menurut data yang saya dapatkan, ada seratus tujuh puluh ribu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berada di Hong Kong. Para TKI yang di Hong Kong lebih dikenal dengan sebutan Buruh Migran Indonesia (BMI) itu didominasi perempuan.
Saya penasaran mengapa banyak sekali orang berbondong-bondong mendatangi Hong Kong sebagai tempat mengais rezeki? Ada apa dengan Hong Kong? Kira-kira gaji atau penghasilan BMI di Hong Kong, berapa sehingga negara yang dijuluki Negara Beton ini menjadi destinasi favorit bagi BMI?
Rasa penasraan itu membuat saya berani bertanya langsung kepada salah satu BMI yang juga menjadi relawan di sini. Namanya Bu Neni Anisah. Dia BMI asal Banyuwangi, Jawa Timur. Bu Neni sudah tujuh tahun menjadi BMI dan saat ini dipercaya menjadi Koordinator Divisi Dakwah Dompet Dhuafa Hong Kong.
Menurutnya, Upah Minimum Regional (UMR) di Hong Kong pada bulan Mei 2018 ini $4410 Dollar Hong Kong (DHK). Jika dihitung sesuai kurs DHK ke rupiah hari itu, Rabu (23/5) kurs terakhir $1 DHK sama dengan Rp1.870, maka upah minimum bagi setiap buruh migran minimal Rp7.965.875 setiap bulannya. Jumlah ini lumayan tinggi bagi mereka yang rata-rata lulusan SMP dan SMA.
Inilah standar upah kepada buruh migran Indonesia di Hong Kong. Bagi yang pandai menghemat dan mengatur keuangannya, dengan gaji sebesar itu insyaallah akan dapat membangun rumah sederhana di kampung halaman setelah habis kontrak 4 tahun. Apa mungkin bisa? Bisa jadi, karena gajinya utuh, makan ikut majikan, tempat tinggal pun ikut majikan.
Apakah bekerja di Hong Kong mengeluarkan modal? Ternyata tidak. Munirah, BMI asal Cilacap mengatakan rekrutmen mereka, belajar bahasa Canton, semuanya disediakan oleh agen tenaga kerja. Belajar Bahasa Canton sekitar dua atau tiga bulan sudah bisa.
Setelah mulai bekerja pada majikan, enam bulan gaji pertama akan dipotong setengahnya oleh agen di Indonesia. "Setelah enam bulan maka gajinya akan diterima utuh oleh BMI yang bersangkutan," kata Munirah yang pada tanggal 23 Mei kemarin pulang ke Indonesia setelah delapan tahun bekerja.
Di dalam kontrak kerja, disebutkan UMR tidak boleh kurang dari $4410 DHK. Tetapi, gaji itu bagi BMI yang masih baru. Kalau sudah puluhan tahun, apakah cuma segitu? "Tentunya tidak, dan semuanya tergantung majikan," kata Bu Neni.
Menurutnya jika ada majikan yang baik, banyak juga para BMI, baik yang baru atau sudah lama bisa mendapatkan gaji di atas $5000 DHK, atau sebesar Rp9.031.602. Bahkan ada juga yang mendapatkan sampai bilangan lima belas jutaan. Setiap kontrak kerja, panjang waktunya sampai empat tahun. Kalau suka bisa diperpanjang, kalau tidak suka, bisa pilih atau mencari majikan lain. "Kalau kerja sudah puluhan tahun pada satu majikan, maka tanda terima kasih berupa uang long service akan diberikan," cerita Bu Neni lagi.
Mendengar penuturan mereka, saya berdoa semoga pendapatan yang didapat oleh BMI menjadi berkah untuk mereka dan keluarga. Terutama di bulan Ramadhan ini, jangan sampai lupa mengeluarkan zakat, infaq, dan sedekahnya. Karena inilah yang menjadikan uang berkah, gaji lancar, dan bisa membahagiakan orang-orang yang mendapatkan manfaat dari hasil jerih payahnya.
Bagaimanapun saya salut kepada para BMI di Hong Kong. Beberapa hari di Hong Kong sejak awal Ramadhan ini, saya melihat semangat mereka dalam mengaji dan mempelajari agama Islam, juga melakukan ibadah-ibadah Ramadhan, seperti puasa dan shalat tarawih. Ya, mereka para BMI itulah yang menyemarakkan Ramadhan di Hong Kong.
Penulis adalah Corps Dai Ambassador Dompet Dhuafa (Cordofa), anggota Tim Inti Dai Internasional dan Multimedia (TIDIM) LDNU 2018 yang ditugaskan berdakwah di Hong Kong.