Makna Solidaritas dalam Kurban Perlu Dikembangkan di Daerah Plural
Jumat, 31 Juli 2020 | 13:15 WIB
Ustadz Mumu Mubarok Omo saat menjadi imam dan khatib dalam Shalat Idul Adha di Community Centre, South Perth, Australia, Jumat (31/7). (Foto: NU Online/Ridwan)
Aryudi A Razaq
Kontributor
Australia, NU Online
Makna penting dari kisah ‘penyembelihan’ Nabi Ismail oleh ayahandanya, Nabi Ibrahim adalah keikhlasan. Tanpa semangat ikhlas yang tinggi untuk mengabdi pada Allah, sulit peristiwa tersebut terjadi. Namun kedua Nabi Allah itu telah menunjukkan keikhasannya dalam memenuhi perintah Allah, tanpa reserve.
Demikian disampaikan oleh Ustadz Mumu Mubarok Omo saat menjadi imam dan khatib dalam Shalat Idul Adha di Community Centre, South Perth, Australia, Jumat (31/7).
Menurut tokoh NU Western Australian itu, adalah iman kepada Allah yang menjadi landasan keikhlasan keduanya itu. Tanpa iman tidak ada kisah yang mengharu biru tersebut.
“Iman yang kuat melahirkan keikhlaslasan dalam menghamba kepada Allah,” ujarnya.
Ustadz Mumu menambahkan, peristiwa tersebut telah bermetamorfose dalam bentuk solidaritas kemanusiaan di tengah-tengah masyarakat. Kurban telah menjadi lambang solidaritas, pengikat kebersamaan antara orang yang berkurban dan yang menerima kurban.
“Dari situ, terjalin kebersamaan, kerukunan, dan sebagainya,” tuturnya.
Oleh karena itu, ia mengajak seluruh elemen masyarakat agar solidaritas yang muncul dari semangat berkurban tersebut, juga hadir di wilayah-wilayah plural yang umat Islam menjadi penghuni minoritas. Jika solidaritas itu dikembangkan di wilayah-wilayah yang plural, maka sungguh Indah.
“Solidaritas adalah nilai universal, siapapun memerlukannya dalam menjalani kehidupan ini. Dan peristiwa kurban itu telah mengajarkan solidaritas yang sesungguhnya,” urainya.
Shalat Idul Adha tersebut digelar oleh Westren Australia Multicultural Ta’lim a and Dzikir (Wamtaza), yaitu sebuah Ormas Islam di Perth yang fokus pada kajian keIslaman dan dzikir. Terdapat sekitar 200 Jemaah yang mengikuti shalat Idul Adha di lokasi tersebut. Mereka yang kebanyakan berasal dari Indonesia dan Malaysia itu , sejak pagi sudah hadir dan melakukan registrasi ulang.
Dalam kegiatan tersebut, mereka tetap mengikuti protokol pemerintah setempat dengan menggunakan masker dan menjaga jarak . Selain itu, acara silaturahmi dilakukan secara terbatas, makanan hanya dibagikan kepada para peserta dan dibawa pulang.
“Jemaah Muslim Indonesia sangat disiplin menjaga protokol kesehatan untuk menjaga agar Covid-19 tidak merebak kembali di wilayah Perth. Sebab, ada kekhawatiran kalau Covid-19 gelombang ke dua terjadi di Perth seperti di Melbourne, ”ujar satu aktivis NU di Perth, Ridwan al-Makassary.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua