Jatim

Davian Selamat, Sang Ibu Memeluk Adiknya Tertimbun Awan Panas Semeru

Rabu, 5 Januari 2022 | 10:30 WIB

Davian Selamat, Sang Ibu Memeluk Adiknya Tertimbun Awan Panas Semeru

Davian saat ziarah di makam ibu, ayah dan adiknya. (Foto: NOJ/ Sufyan Arif).

Lumajang, NU Online Jatim

Berbagai macam kisah pilu dialami para korban awan panas guguran (APG) Semeru. Begitu cepat dan dahsyatnya bencana yang terjadi pada Sabtu (04/12/2021) bulan lalu ini masih tampak jelas di memori para korban yang berusaha menyelamatkan diri.

 

Tak sedikit yang rumahnya tertimbun bahkan keluarganya terjebak tidak dapat menyelamatkan diri dari bencana tersebut.

 

Begitu juga yang dialami Davian Ramadhani. Bocah berusia 9 tahun ini mengingat jelas saat dirinya menyelamatkan diri di tengah kegelapan yang ditimbulkan awan panas Semeru.

 

Namun, meskipun dirinya selamat, seluruh keluarganya meninggal dunia tertimbun abu panas. Keluarga Davian itu terdiri dari ayah, ibu, dan adiknya.

 

Davian yang masih kelas tiga SD ini menceritakan, saat terjadi erupsi Semeru pada pukul 14.30 WIB dirinya sedang mengaji di mushala yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Berjarak sekitar 700 meter di Dusun Curah Kobokan Desa Supiturang Kecamatan Pronojiwo kabupaten Lumajang.

 

"Langsung lari sama teman-teman ke rumah Pak Lek (paman)," ungkap Davian dengan polosnya saat ditemui NU Online Jatim bersama tim NU Peduli pada Senin (03/01/2022) di rumah kakeknya di Desa Sidorejo Kecamatan Rowokangkung Lumajang.

 

Setelah bersama pamannya, ia bersama penduduk lainnya bergegas ke tempat yang lebih aman. Davian terakhir kali melihat wajah ibunya saat diantar mengaji sekira pukul 12.30 WIB pada hari itu.

 

"Ibu berpesan ndak boleh nakal, harus rajin biar jadi anak hebat," kata bocah yang bercita-cita menjadi polisi ini saat berziarah di makam ibu, adik dan ayahnya yang disemayamkan di Desa Sidorejo.

 

Paimo, kakek Davian menceritakan, pukul 13.00 WIB pada Sabtu saat erupsi terjadi, dirinya sebelum kejadian sempat video call Putri Novitasari, anaknya yang tak lain adalah ibu Davian.

 

"Lah pas setengah tiga saya lihat TV kok ada erupsi Semeru dan yang kena desanya anak saya, langsung saya telepon ibunya Davian ini, tapi sudah tidak bisa dihubungi," ungkapnya.

 

Seketika selepas Maghrib, Paimo bergegas menuju ke lokasi bencana. Sampai di lokasi, dirinya menyisir beberapa titik pengungsian dan menanyakan keadaan keluarganya. Namun tidak juga menemukannya.

 

"Ada yang bilang, kalau ada beberapa anak ngaji yang ngungsi di depan SD 3 Sumbermujur. Saya langsung ke sana, dan alhamdulillah bisa ketemu sama Davian cucu saya ini," ujar Paimo dengan guratan kesedihan yang masih nampak di wajahnya.

 

Dirinya melanjutkan, firasatnya saat itu campur aduk karena ibunya Davian tidak juga dijumpai di pengungsian. Banyak dari pengungsi yang mengatakan jika lokasi di mana ibunya Davian ini tinggal terjebak lahar panas.

  

"Saya sudah firasat jika anak saya tidak selamat. Akhirnya hari Minggu, betul ibunya Davian ini ditemukan tertimbun separuh tubuhnya dan meninggal sambil memeluk adiknya Davian yang masih bayi. Kalau ayahnya Davian juga ditemukan hari itu juga di lokasi lain tersangkut di pepohonan terbawa arus lahar," pungkasnya.